Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Komunikasi yang Lebih Baik

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 26 Oktober 2017

Aslinya diterbitkan di edisi Februari 1974 majalah The Christian Science Journal


Sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen, kita ingin sekali menyampaikan kepada umat manusia kebenaran-kebenaran ilmiah tentang Allah dan manusia yang telah begitu banyak memberkati kita. Hal yang sangat penting adalah memahami bahwa pada dasarnya sumber dari kebenaran-kebenaran tersebut bersifat rohaniah bukan keagamaan. Artinya, ide-ide rohaniah yang cerdas dan menyembuhkan adalah milik kita bukan karena kita pelajar Ilmupengetahuan Kristen tetapi karena memang demikianlah manusia.

Dalam istilah sehari-hari dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah pergerakan fakta, kepercayaan, dan opini dari satu tempat serta kesadaran ke tempat-tempat serta kesadaran-kesadaran yang lain. Tetapi bagaimana dengan ide-ide rohaniah? Di manakah ide-ide itu? Di mana-mana. Milik siapakah ide-ide itu? Ide-ide tersebut adalah komponen dari manusia yang sejati, yang adalah manifestasi Budi yang merupakan sumber dari ide-ide rohaniah tersebut. Ide-ide itu bukanlah hal yang berputar-putar di sekeliling kita, yang harus kita tangkap dengan jaring ajaran keagamaan tertentu. Manusia mencakup semua ide yang benar saat ini juga dan selamanya.

Ini adalah hal yang sangat penting dalam berkomunikasi, karena makin keras usaha kita untuk menyampaikan pesan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen dari sudut pandang  bahwa kita, dalam Ilmupengetahuan Kristen, telah menangkap ide-ide rohaniah itu, semakin kurang hasilnya.

Pemahaman kita akan apa yang kita lakukan haruslah melampaui apa yang seakan sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang berusaha mendatangkan berkat Ilmupengetahuan kepada sesama dan teman sekerja yang bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen. Komunikasi kita haruslah berpangkal pada kesetaraan rohaniah karena inilah sesungguhnya inti dari apa yang ingin kita komunikasikan. Manakala kita menyadari hal ini, maka kita naik mengatasi perasaan sebagai orang beragama “yang tahu” yang menawarkan suatu kebaikan kepada “yang tidak tahu.” Sebenarnya, kita menyampaikan kepada orang lain apa yang sejatinya sudah mereka miliki.  

Tepatnya, kita bukan menikmati kuasa, ilham, kedamaian, substansi, kecerdasan, dan kesehatan yang sesungguhnya karena kita adalah pelajar Ilmupengetahuan Kristen tetapi karena dalam satu-satunya wujud asli kita, kita adalah wakil yang lengkap dari Allah. Dan kesimpulan wajar yang tak terhindarkan dari hal ini adalah bahwa orang lain (mereka yang menganut denominasi lain ataupun tidak menganut sesuatu denominasi) tidaklah—dalam wujud mereka yang sejati—kekurangan ide-ide rohaniah serta kebaikan rohaniah. Kewajiban kita adalah menyadari bahwa sebagai manusia, pada hakikatnya mereka mencakup semua ide rohaniah.

Inilah dasar dari kesetaraan rohaniah serta komunikasi yang efektif. Inilah dasar dari bahasa yang mengena bagi mereka yang seakan adalah orang luar. Ini juga merupakan inti kasih serta kerendahan hati, yang harus ada dalam komunikasi yang efektif.

Betapa meluhurkan dan menarik bagi mereka yang belum menjadi pelajar Ilmupengetahuan Kristen kalau di gereja, Ruang Baca, ceramah-ceramah, maupun dalam kontak perorangan, kita menciptakan suasana yang merangkum secara rohaniah, yang mengalahkan suasana keagamaan yang eksklusif. Ini terjadi manakala kita benar-benar merasakan kebenaran yang dalam bahwa mereka yang kita sebut bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen memiliki sesuatu yang sangat berharga karena manusia ciptaan Allah adalah identitas mereka yang sesungguhnya. Dengan membedakan antara yang nampak dan yang sejati, kita tahu bahwa mereka sesungguhnya tidak kekurangan sesuatu pun yang baik. Mungkin ini berlawanan dengan kebiasaan berpikir kita saat ini. Tetapi mengakui kebenaran yang murni adalah cara terbaik untuk membantu orang yang berhubungan dengan kita untuk merasakan kebaikan serta kelengkapan yang merupakan unsur dari wujud mereka yang sesungguhnya sekarang juga. Mereka akan dengan benar mengaitkan perasaan tersebut dengan Ilmupengetahuan Kristen, dan komunikasi kita akan berhasil.  

Bukankah ini cara yang digunakan Yesus Kristus? Dalam kedalaman pemahaman rohaniahnya ia tidak membedakan antara orang Yahudi atau Yunani. Ia hanya sadar akan ide Allah yang tidak bersifat perorangan, akan manusia. Dan kesadaran inilah yang mengkomunikasikan kesembuhan kepada orang banyak. Sebagaimana dijelaskan oleh Mary Baker Eddy: “Dalam Ilmupengetahuan Yesus memandang manusia yang sempurna, yang nampak baginya, tempat manusia fana melihat seorang yang berdosa dan fana. Pada manusia yang sempurna ini Juruselamat melihat keserupaan Allah sendiri, dan pandangan yang betul akan manusia itulah yang menyembuhkan orang sakit” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 476 – 477). Yesus menyembuhkan dengan memfokuskan pikirannya kepada manusia yang sejati dan lengkap, bukan kepada manusia fana yang memerlukan penyembuhan susila, rohaniah dan fisik.

Menyampaikan ajaran Ny. Eddy secara perorangan kepada orang lain sangatlah penting. Banyak sekali di antara kita telah menjadi pelajar Ilmupengetahuan Kristen karena kontak perorangan dengan pelajar Ilmupengetahuan Kristen. Kontak perorangan akan lebih berdayaguna sebagai cara berkomunikasi semakin kita mengenali dan menggunakan faktor-faktor metafisika yang mendasarinya. Buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dalam suatu komentar yang mengundang pemikiran menyatakan mengenai hal ini: “Bukan perhubungan perseorangan, melainkan hukum ilahilah yang menyampaikan kebenaran, kesehatan, dan keselarasan ke bumi dan kepada umat manusia” (hlm. 72). Manusia, sekarang ini juga, mencakup seluruh ide rohaniah yang ada—ide-ide itu tidak perlu dipindahkan ke tempat lain, atau dari orang ke orang. Hal ini ditegaskan dalam pernyataan lain di bab yang sama: "Jika Roh memenuhi segala ruang, maka tidaklah diperlukanNya cara bekerja yang kebendaan untuk menyampaikan berita” (hlm. 78).

Ini bukan berarti bahwa kita seharusnya tidak atau tidak perlu berbicara kepada orang lain tentang Ilmupengetahuan Kristen atau memasang iklan tentang ceramah, kebaktian, dan Ruang Baca. Sama sekali tidak demikian. Tetapi hal itu berarti bahwa efektivitas dari komunikasi kita akan ditingkatkan sebanding hal itu dilakukan dari dasar rohaniah yang cerdas, sebagai pembuktian akan Budi yang mahatahu dan hadir di mana-mana. Maka hal itu akan mencerminkan kelugasan persyaratan Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Matius 5:37).  

Sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang melakukan komunikasi, keinginan kita yang utama bukanlah untuk membuat orang tertarik pada agama tertentu tetapi agar umat manusia mengenal kebenaran wujud dan identitas ilahi manusia dan menikmati penyembuhan serta kepuasan yang diperoleh dari hal itu. Manakala kita secara perorangan maupun kolektif menetapkan prioritas rohaniah ini, kita dapat yakin bahwa kita menyampaikan kebenaran-kebenaran universal Ilmupengetahuan Kristen dengan cara yang menimbulkan rasa hormat yang tulus serta penerimaan terhadap agama yang menakjubkan ini.

Geoffrey J. Barratt

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.