Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Dari kesulitan menjadi kedamaian

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 2 November 2017

Aslinya diterbitkan di edisi Oktober 2017 majalah The Christian Science Journal


Suatu sore yang dingin di musim salju, ketika menjadi mahasiswa tingkat dua, saya mendapat telepon dari ibu. Api telah melalap lantai dua rumah kami, orang tua saya akan bercerai, dan ayah kehilangan pekerjaan. Setelah mendengar pesannya, saya menutup telepon, terguncang dan berlinang air mata. Semua yang saya pikir memberi saya keamanan telah diambil dengan tiba-tiba. Milik pribadi saya hilang, dan saya memikirkan buku catatan yang sangat bernilai bagi saya, yang sekarang sudah menjadi abu. Orang tua saya akan berpisah, dan tidak ada dana untuk kebutuhan pribadi saya atau mengganti pakaian saya yang hangus. Saya merasa seakan semua hal yang baik telah meninggalkan saya. Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya harus bertanggungjawab sepenuhnya untuk diri saya sendiri.

Saya merasa sangat tertekan. Saya tidak ingin membebani keluarga saya dengan kebutuhan saya, karena saya pikir keadaan mereka sudah cukup sulit. Berpaling kepada Allah adalah satu-satunya jawaban bagi saya. Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy menulis: “...di sini dan sekarang juga kita dapat menyadari, bahwa maut, kesedihan, dan kesakitan telah berakhir. Sesungguhnya inilah suatu kecapan yang lebih dahulu tentang Ilmupengetahuan Kristen yang mutlak. Tabahkanlah hati, hai saudara yang menderita, karena kesejatian akan wujud ini pasti akan menjadi nyata pada suatu waktu dan dengan salah satu jalan. Tidak akan ada lagi kesakitan, dan segala air mata akan dihapuskan” (hlm. 573). Saya tahu bahwa keadaan kebendaan yang saya alami tidak permanen, dan kesejatian rohaniah tentang perlindungan serta suplai tidak berubah. Saya mulai sering berjalan di belakang asrama saya untuk mendapatkan suasana mental yang mudah menerima, yang saya perlukan untuk bisa merasakan bimbingan Allah. Di saat-saat yang bersifat pribadi dan dalam kesendirian itu, saya merasa dikuatkan dan saya mulai memahami kesejatian akan keselalu-hadiran Allah. Saya tahu bahwa saya selamanya berada dalam penjagaanNya, dan bahwa tidak pernah sedetik pun Allah, Kasih ilahi, tidak menguasai keadaan.

Hidup saya bukan lagi tentang benda-benda yang saya miliki, yang saya pikir menentukan siapa diri saya. Meskipun saya masih muda dan tidak berpengalaman dalam mencari solusi melalui doa, saya mulai bergantung kepada Allah untuk semua kebutuhan saya. Saya mulai menemukan identitas rohaniah saya. Suatu perasaan baru bahwa saya lengkap dan utuh secara rohaniah memenuhi hati saya. Saya tahu bahwa saya tidak ditinggalkan, karena Allah adalah sumber suplai saya, dan hal ini membantu saya untuk mempertahankan sukacita serta rasa syukur saya. Saya mendapat tawaran untuk bekerja di dapur kafetaria perguruan tinggi saya, dan saya bisa menjual beberapa lukisan cat minyak saya. Saya bisa memenuhi kebutuhan keuangan saya dan tidak pernah merasa kekurangan. Saya belajar bahwa zat tidak merupakan identitas atau kelengkapan saya, dan dengan rasa syukur saya menerima pelajaran dalam kerendahan hati yang diberikan pengalaman ini kepada saya.

Saya juga berdoa untuk mengetahui bahwa Allah menjaga seluruh keluarga saya. Saya tidak pernah membiarkan yang seakan sebagai konflik insani membuat saya tertekan, khususnya  perhubungan kedua orang tua saya yang mulai berantakan. Allah adalah Bapa dan Ibu kita semua. Mengetahui hal ini membimbing saya untuk berpaling kepada Allah untuk segala sesuatu. Saya mengasihi Allah dan mempunyai keinginan yang dalam untuk mengenalNya dengan lebih baik dan menyatakan kebaikanNya. Saya sering berbicara dengan ibu, dan mengetahui bahwa ia mendapat bantuan keuangan dari kakek dan nenek saya. Meskipun menghadapi banyak tantangan, ibu tetap kuat dan berpandangan positif. Kekuatan rohaniahnya mengilhami saya dan membantu saya berkonsentrasi pada sekolah saya. Pada akhirnya orang tua saya bercerai, dan ibu bisa membeli rumah bagi dirinya serta adik-adik saya.

Dalam kilas balik, dari pengalaman ini saya dapat melihat bagaimana dengan berbagai cara yang menakjubkan keluarga saya telah dibimbing dan dilindungi. Semua keperluan kami terpenuhi. Saya telah menemukan kedamaian rohaniah yang sarat dengan kasih yang tidak pernah dapat diambil; itu adalah pernyataan keindahan serta rahmat ilahi, yang hanya dimiliki Allah, dan dicerminkan di dalam semua anak-anakNya. Saya sangat bersyukur untuk Ilmupengetahuan Kristen, yang memungkinkan kita membuktikan kebenaran serta kuasa keselalu-hadiran Allah, dan bahwa kesembuhan tersedia bagi setiap orang di antara kita, disini dan sekarang juga.

Marilyn Wickstrom
Palm Harbor, Florida, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.