Dalam hidup saya, saya telah menemukan bahwa doa dijawab dengan berbagai cara yang berbeda, tetapi selalu dengan cara yang menyembuhkan dan paling dapat dipahami pada waktu bantuan diperlukan, sehingga saya merasa karunia kedamaian serta penghiburan yang dalam.
Beberapa tahun yang lalu, saya sangat mengkhawatirkan anak perempuan kami yang tertua, yang mengalami kesulitan dalam hubungan yang tidak sehat dengan seorang pemuda di negara bagian yang berbeda dari tempat tinggal kami. Saat itu ia bahkan tidak berbicara dengan kami. Selama bertahun-tahun ia menjalin hubungan tersebut, saya terombang-ambing antara keputus-asaan dan harapan setiap kali memikirkan anak itu, dan ini sering sekali terjadi. Tentu saja, saya juga berdoa dengan tekun, dan kadang-kadang saya merasa damai, tetapi bukan rasa percaya yang bertahan bahwa semuanya baik.
Suatu hari, ketika berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba saya tidak bisa melangkah lebih jauh, tetapi merasakan suatu kekuatan ilahi yang tidak bisa dilawan yang mendorong saya untuk memandang kepada hamparan samudra yang luas. Saya merasa sedang mendapat pelajaran, hampir seakan seorang guru agung hadir bersama saya, bahwa samudra itu merupakan lambang akan wujud Allah yang abadi dan tidak berbatas. Selagi saya merenungkan pemandangan tersebut, saya mulai melihat bahwa saya juga adalah cerminan Allah yang nyata dan bersifat individual, memiliki hubungan yang selaras denganNya dan dengan semua ciptaan. Saya mempunyai keinginan yang dalam untuk mempertahankan saat itu untuk selamanya; saat yang sungguh sangat indah dan memurnikan.
Tetapi sekali lagi, saya merasakan suatu tenaga yang kuat, kali ini membuat saya menatap kaki saya selagi saya berdiri di pasir. Saya melihat bagaimana ombak dengan lembut mengusap jari-jari kaki saya dan menarik saya tanpa henti-hentinya menuju samudra. Tiba-tiba saya sadar bahwa itulah sifat Kasih ilahi—kita semua ditariknya dengan kemesraan yang sama, yang lembut dan tak kenal lelah, yang dinyatakan ombak-ombak itu, kepada pengertian bahwa Allah itu semua. Saat itu juga saya paham bahwa saya tidak sendiri dengan pesan yang menghibur dan kuat itu. Anak saya pun berada di pantai yang sama, pantai Kasih ilahi, dan kekuatan lembut yang sama membuatnya memahami sifatnya yang abadi, tidak berbatas, tidak bercela. Kasih ilahi mengasuhnya seperti ibu, dan saya dapat berhenti mengkhawatirkannya dan mempercayakannya kepada Kasih untuk menjaganya.
Tidak lama kemudian anak saya mulai menelpon saya secara teratur setiap kali ia berjalan menuju pekerjaannya. Ia sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Ia menceritakan kepada saya bahwa ia telah putus dengan pacarnya, dan ternyata hal itu terjadi tepat di hari ketika saya berada di pantai. Sesudah beberapa tahun ia mengatakan bahwa ia dan mantan pacarnya mendapat berkat yang besar dari perubahan tersebut. Mantan pacarnya berbaikan kembali dengan keluarganya dan dapat melanjutkan pendidikannya, dan sekarang anak saya berencana untuk melanjutkan pendidikannya juga, di suatu kota dekat tempat tinggal kami.
Pada semester pertamanya ia tinggal bersama kami, berjalan-jalan bersama saya, dan berkenalan kembali dengan kami semua. Tidak lama kemudian ia mendapat pekerjaan di kampus, sehingga ia dapat menutup bukan saja biaya hidupnya, tetapi juga seluruh biaya pendidikannya. Musim semi yang lalu ia menyelesaikan gelar Magisternya. Dan sekarang ia mempunyai pekerjaan yang memanfaatkan pendidikannya sepenuhnya, dan juga suatu kegemaran lain yang dipelajarinya sendiri ketika ia bekerja sambil bersekolah.
Sungguh menggembirakan melihat bagaimana Allah mengasihinya, menjadi ibunya, dan membimbingnya. Hati saya dipenuhi rasa bahagia!
Nama Tidak Diberikan