Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Mencapai tujuan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 15 Februari 2017

Aslinya diterbitkan di edisi 2 Januari 2017 majalah Christian Science Sentinel


Waktu kecil, setiap bulan Januari saya selalu membuat daftar tujuan yang akan saya capai, menyimpannya di dalam kotak seakan itu rahasia negara, dan dengan cepat melupakannya. Satu tujuan yang selalu ada dalam daftar saya adalah belajar melakukan splits (suatu gerakan senam), yang selalu saja saya gagal melatih dan melakukannya. Sekarang saya sudah melupakan daftar tersebut, tetapi rasanya masih penting untuk secara teratur berpikir tentang tujuan, dan terutama tentang apa yang benar-benar membuat kita mencapai tujuan tersebut.

Maksud suatu tujuan adalah mencapai sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi tanpa niat dan upaya yang khusus. Ketika hal-hal yang rohaniah menjadi lebih sejati dan penting di dalam kehidupan seseorang, maka tujuan menjadi semakin rohaniah. Juga menjadi jelas bahwa kita perlu memahami dan dengan sadar mengatasi apa yang menghalangi kemajuan kita, di samping mempelajari apa yang membantu kita mencapai tujuan itu.

Yesus Kristus menetapkan tujuan yang luhur bagi para pengikutnya: untuk saling mengasihi seperti ia mengasihi mereka, yang menurut penjelasannya adalah seperti Allah mengasihi dirinya (lihat Yohanes 15). Allah mengasihi Yesus sama seperti Pencipta ilahi mengasihi semua kehidupan—sebagai pernyataan yang menakjubkan akan diriNya sendiri, Roh yang sempurna. Yesus yakin akan kasih Allah kepadanya—dan kepada setiap orang. Ia mengenal Allah sebagai Bapa yang membimbingnya, berbicara kepadanya dan bekerja melaluinya. Kesatuan dengan Allah ini menjadikan Yesus mampu menyembuhkan orang dari berbagai penderitaan, penderitaan yang ia tahu tidak diciptakan Allah atau dibiarkan terjadi oleh Allah untuk alasan apa pun. Untuk menyadari bahwa Kasih yang sama dan yang mahakuasa ini juga bekerja melalui kita, dan sejatinya adalah substansi serta pemotivasi segala wujud, adalah suatu tujuan untuk secara sadar kita capai setiap hari.

Tujuan tersebut kelihatannya lebih mungkin dicapai kalau kita sadari bahwa kebanyakan orang mengalami sesuatu tentang kasih yang murni setiap hari—keindahan alam, musik, tawa yang lepas, kebaikan orang lain. Ketika kita tidak merasakan kehadiran Kasih, maka penting untuk mengetahui sebabnya dan membuang gangguan tersebut. Surat Yohanes yang Pertama dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan dengan tepat suatu gangguan utama—ketakutan. Ketakutan mendatangkan siksaan, dan siksaan akan menenggelamkan kesadaran akan kasih. Tetapi kasih Allah yang sempurna selalu hadir untuk membuangkan ketakutan (lihat 1 Yohanes 4).

Kasih akan menembus dan menyembuhkan setiap kesedihan.

Saya menyaksikan hal ini terjadi pada seorang teman sekerja yang bertahun-tahun silam mengalami tragedi. Ia bergulat dengan rasa bersalah, kebencian, ketakutan, dan penderitaan begitu lama sehingga kadang-kadang seakan tidak ada yang bisa mendatangkan kedamaian. Tetapi sedang saya mengamati keadaan itu, ada dua hal yang memberi saya harapan. Yang pertama adalah bagaimana kasihnya kepada sesama bertumbuh. Khususnya ia mengilhami saya dengan sikapnya yang penuh kasih kepada orang yang menghadapi kesulitan, bahkan mereka yang mungkin dihindari oleh orang lain. Hal yang kedua adalah, ia tidak pernah berhenti untuk mengenal serta mengasihi Allah dengan cara berusaha berdoa sebaik-baiknya, bahkan saat ia merasa bahwa doanya tidak menembus kegelapan yang menyelimutinya. Kini, orang datang kepadanya untuk mendapatkan penghiburan serta wawasan, dan ia kembali menikmati hidupnya. Sejak itu ia sudah menulis beberapa kesaksian untuk majalah Ilmupengetahuan Kristen, menyatakan rasa syukur untuk hal-hal yang berkaitan dengan kesembuhannya.

Saya tidak mengenal orang yang telah sepenuhnya mencapai tujuan kasih yang sempurna seperti Yesus. Tetapi telah berulang kali terbukti bahwa kedua hal ini—berusaha mengenal dan mengasihi Allah, dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri—menghasilkan kesembuhan.

Maka di sinilah kewaspadaan tentang apa yang menghalangi kita untuk melakukan hal tersebut diperlukan sekali lagi. Karena kesembuhan membuktikan kesejatian Allah seperti tidak dapat dilakukan hal yang lain, maka musuh Kebenaran—yang oleh Ilmupengetahuan Kristen juga disebut magnetisme hewani, atau apa pun yang hendak menarik kita menjauhi Kebenaran—bertujuan agar kita berpikir bahwa sulit untuk mengasihi dan sulit untuk berdoa. Kemarahan atau keputus-asaan terhadap perilaku orang lain, misalnya, atau merasa bahwa kita tidak bisa diam dan berdoa, bukanlah pikiran yang berasal dari Allah dan kita dapat menolaknya.

Taktik lain yang hendak mengganggu penyembuhan Kristus adalah mengatakan bahwa hal itu sudah usang dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan kebendaan. Namun, meskipun begitu besar sumber daya dicurahkan kepada ilmu pengobatan kebendaan, demikian banyak orang tidak mendapatkan kesembuhan yang sesungguhnya. Dipahami secara rohaniah, kesehatan adalah integritas kita sebagai pernyataan Allah, integritas yang tidak dapat dirusak atau hilang. Dalam keadaan apa pun, mendekat kepada pemahaman rohaniah tentang Allah ini, dan lebih banyak mengasihi, akan meningkatkan kesehatan.

Jelaslah bahwa untuk menjalani Kasih ilahi yang menyembuhkan perlu upaya yang lebih besar dari setiap orang di antara kita. Tetapi kita sangat keliru jika menilai kemungkinan kita untuk mencapai tujuan ini hanya dari sudut pandang upaya insani. Pemahaman dan kasih kita tumbuh karena Allah membuatnya demikian, seperti halnya sinar dan air membuat tanaman tumbuh. Kasih ilahi mendorong pemikir-pemikir rohaniah bergerak di jalan Kebenaran. Kuasa Allah membawa kita kepada tujuan itu.

Mary Baker Eddy memberikan janji ini tentang apa yang dapat dicapai dengan bersandar kepada kuasa Allah: “Sekarang ini jiwa saya hanya dapat bernyanyi dan terbang tinggi. Suatu pemahaman yang lebih baik akan Kasih, keselalu-hadiran, dan kemahakuasaan Allah menyelimuti saya. Setiap hari saya mengenalNya semakin dekat, mengasihiNya semakin besar, dan dengan rendah hati berdoa untuk melayaniNya dengan lebih baik. Demikianlah dengan mencari dan menemukan (meskipun perlahan), akhirnya tidakkah kita dapat bersukacita bersama di dalam gereja yang berjaya?” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 174).

Margaret Rogers

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.