Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Menemukan Juruselamat kita

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 30 Maret 2017

Aslinya diterbitkan di edisi Agustus 2015 majalah The Christian Science Journal


Karena kehidupan Yesus Kristus merupakan pusat ajaran Ilmupengetahuan Kristen, maka selalu bermanfaat untuk merenungkan makna kehidupan Yesus bagi kita. Dan cara untuk benar-benar memahami dan menghargai Yesus adalah dengan mengikuti jejaknya. Jika pesan injil bagi kita hanya ada di halaman-halaman sebuah buku, maka kita kehilangan sesuatu yang benar-benar penting. Hati kita memerlukan jauh lebih banyak dari itu. Kita ingin merasakan kedalaman kasih Yesus serta kekuatan dari keberaniannya yang tenang, dan mengetahui sumber dari kedua hal itu—sifatnya yang ilahi dan kedudukannya yang kekal sebagai anak Allah.

Ilmupengetahuan Kristen mendorong kita mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan di hati kita untuk dapat menghargai Yesus dengan benar. Suatu syair yang sangat disukai orang, yang ditulis oleh Mary Baker Eddy, dimulai sebagai berikut:

Sudah kaulihat Juruselamat,

Rasakan kuasa Firman?
Itulah Kebenaran yang membebaskan,
Dan kau dan aku temukan
Dalam hidup dan kasih Tuhan.*

Keseluruhan syair itu menunjukkan keperluan kita semua untuk mendekat kepada Kristus dan, saat menghadapi godaan serta cobaan hidup, menemukan penghiburan dalam pelukan Kasih ilahi, membasuh diri dalam mata air Roh yang memurnikan, serta berkomunikasi dengan “Hidup segala wujud ilahi” (Poems, hlm. 75). Ini bukanlah ideal yang bersifat abstrak. “Kebenaran yang membebaskan” menyatakan dirinya sendiri kepada umat manusia di jalan-jalan berdebu dan desa-desa pertanian, perahu-perahu nelayan, tempat-tempat ibadah, dan di jalan-jalan yang ramai di kota melalui kehidupan sosok ini, Yesus. Dan, sekarang, hal itu sekali lagi dikenal orang dalam praktek Ilmupengetahuan Kristen.

Jadi bagaimana hidup Yesus yang menakjubkan ini bisa lebih menggerakkan hati kita? Injil menunjukkan kepada kita hidup Yesus dalam berbagai lingkungan yang berbeda: kadang-kadang dikerumuni orang banyak yang mencari kesembuhan; di lain waktu berbagi kebenaran secara lebih mendalam dengan murid-muridnya saja. Kita juga melihat bagaimana Yesus dengan arif menanggapi musuh-musuh yang bertekad mengalahkannya. Tetapi ada satu lingkungan yang secara khusus perlu mendapat perhatian kita. Lingkungan yang seringkali dikunjunginya—kesendirian.

Salah satu kisah menyatakan “Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ” (Matius 14:23). Di sini, dan di berbagai peristiwa lain, kita menemukan kedalaman dan disiplin rohaniah dari hidupnya, yang telah membawa misinya jauh melampaui apa yang pernah dapat dicapai oleh antusiasme, kharisma perorangan, atau belas kasihan insani. Dan di saat-saat sendiri itu Yesus menunjukkan persyaratan penting untuk semua yang hendak mengikutinya. Dapatkah kita begitu saja menemukan Juruselamat yang hidup dan berjalan mengikuti jejaknya kecuali kita juga naik “ke atas bukit untuk berdoa seorang diri”?

Doa yang kudus adalah titik awal yang penting bagi kemajuan rohaniah kita. Doa seperti itu memurnikan kita, menguatkan kita, memperdalam pengertian kita, dan mempersiapkan kita untuk pelayanan yang bebas dari diri. Langkah-langkah lain akan mengikuti apa yang dihasilkan doa yang konsisten dan terfokus, secara wajar. Dengan mempraktekkan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, sesederhana apa pun, kita mulai belajar dan membuktikan keteguhan serta ketenangan rohaniah yang dimiliki Yesus dalam menghapus ketakutan, penyakit, dan dosa. Dengan membuktikan kehadiran Kasih saat menghadapi perlawanan serta kebencian, kita menemukan kemampuan Kasih yang tidak berbatas untuk memenuhi keperluan insani. Dengan menanggalkan sifat mementingkan diri sendiri dan egotisme insani, dengan mengamalkan kesanggupan kita yang tidak dibatasi untuk mengampuni, dengan menyatakan kebaikan hati, rakhmat, dan menemukan sukacita dalam kebaikan yang dialami orang lain, kita akan semakin mengetahui kebaikan yang murni serta kekudusan sifat ilahi, atau Kristus, yang dinyatakan dalam diri Sang Guru kita tanpa batas.

We want to feel the depth of Jesus’ love and the strength of his quiet courage, and to know their source—his divine nature and eternal Sonship with God.

Mungkin pengalaman saya berikut ini akan menjelaskan apa yang saya maksud. Dalam perjalanan mengunjungi kerabat yang tinggal di dekat pantai, saya berdoa untuk kunjungan tersebut, dan tersingkaplah dengan kejelasan yang menyakitkan bahwa hampir sepanjang hidup saya, saya selalu mencela mereka. Jelas sekali bahwa hal itu membuat mereka tidak nyaman, dan saya berjanji untuk berhenti berpikir dan bersikap seperti itu. Saya menggapai Kasih ilahi untuk mendapatkan kasih karunia yang memurnikan saya dari dosa tersebut dan memberi saya kekuatan untuk tetap teguh dalam tekad saya ini. Saya merasa ditegur dengan keras tetapi juga diperbaharui dan bersyukur.

Perubahan pun terjadi serta merta, dan keluarga kami menikmati waktu yang menyenangkan bersama, seperti yang diharapkan, dan suka cita serta kasih pun dinyatakan di mana-mana. Segala sesuatu berjalan dengan sangat wajar, dan hal ini saja sudah merupakan suatu kesaksian dan suatu pencapaian yang besar. Tetapi meskipun perubahan ini sangat berarti dan diharapkan, masih ada berkat-berkat tambahan. Pembaharuan yang terjadi dalam pikiran saya memungkinkan saya untuk menerima lebih banyak lagi Kebenaran.

Tanda-tanda awal dari kebebasan yang baru ini datang pada suatu pagi ketika saya berjalan sepanjang pantai. Sinar matahari baru saja muncul di permukaan air di cakrawala. Ketika berjalan pikiran saya terpusat pada kebangkitan Yesus, dan suatu ketika saya duduk menyaksikan matahari terbit dan melanjutkan berdoa. Berkas-berkas sinar Sang Surya memancarkan warna ungu dan jingga di langit dan merubah permukaan air laut menjadi selimut keemasan dengan cahaya yang berubah-ubah. Sementara detik-detik berlalu pemandangan yang sangat indah dan mencengangkan itu menjadi lebih cemerlang, dan hal ini sesuai benar dengan doa saya, ketika makna yang sangat dalam dari tindakan Yesus yang menyelamatkan, muncul di pikiran saya.

Bertahun-tahun yang lalu seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang arif dan berpengalaman dengan penuh kasih menegur saya dengan keras karena saya menganggap bahwa Yesus “agak seperti tetangga sebelah,” hanyalah seorang yang baik yang memberi teladan yang baik. Kemudian pelajar Ilmupengetahuan Kristen tersebut berbicara dengan penuh perasaan mengenai salib dan pengorbanan Yesus yang sangat besar bagi kita. Kata-katanya sangat berkesan dan saya berpikir tentang pelajaran itu selama bertahun-tahun, tetapi masih saja ada kesenjangan di hati saya. Perubahan kalbu diperlukan.

Dengan tulus saya mendambakan pemahaman yang lebih dalam tentang pendamaian Yesus, tetapi keinginan dan pikiran saya seolah tidak bisa membawa saya ke tempat di mana hati saya seharusnya berada. Lalu, di pagi hari di pantai itu, jawaban datang melalui penglihatan baru tentang Hidup ilahi yang disingkapkan Yesus. Kasih yang dibuktikan Yesus, dan kemuliaan yang bersinar melalui Yesus, sangat cemerlang dan indah bagi pikiran saya seperti sinar pagi yang gemerlap menyinari segala sesuatu di sekitar saya dan mengisi dunia dengan warna, bersinar dengan puji-pujian.

As we follow Jesus in the Way, our love for him will grow as will the awareness of our unity with the Christ he so fully expressed.

“Segala kemuliaan bagi Allah dan damai bagi hati yang berjuang!” tulis Ny. Eddy. “Kristus sudah menggulingkan batu dari pintu harapan serta iman manusia dan telah mengangkat mereka itu — dengan pewahyuan serta pembuktian tentang hidup dalam Allah — kepada kemungkinan menjadi satu dengan ide rohaniah tentang manusia serta Asas ilahinya, Kasih” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 45).

Kebangkitan Yesus merupakan suatu terobosan yang luar biasa dalam pikiran insani, yang mengilhami suatu iman yang lebih luhur kepada Allah dan suatu ibadah yang lebih bersifat rohaniah. Berkas-berkas cahaya Kebenaran yang menakjubkan menembus kegelapan kefanaan. Satu orang, menghadapi permusuhan yang sangat keji, tanpa bantuan kecuali dari Allah dan kemahakuasaanNya, mengalahkan maut. Janganlah kita pernah mengabaikan makna yang dalam dari peristiwa menakjubkan itu bagi kehidupan kita.

Janji mengenai hidup yang abadi mengilhami harapan yang besar yang dapat membuka jalan kepada kemajuan rohaniah yang tidak habis-habisnya. Hal itu mencakup janji untuk pengampunan, janji untuk awal yang baru, janji untuk membebat hati yang remuk, untuk memulihkan perhubungan, untuk menyembuhkan tubuh yang sakit, untuk menghapuskan segala macam ketidak-adilan, dan untuk menyembuhkan luka-luka lama. Lebih dari sekedar tiket untuk pergi ke suatu tujuan di masa depan, itu adalah janji yang penuh dengan kemungkinan yang tersedia saat ini untuk mengalami kebaikan serta kasih.

Itu juga adalah janji dengan jangkauan yang tidak berbatas, karena setiap orang mendapat manfaat dari pengorbanan serta kemenangan Yesus. “Perbuatan Yesus itu adalah untuk menerangi umat manusia dan menyelamatkan seluruh dunia dari dosa, penyakit, dan maut” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 45). Itu adalah tindakan kasih yang tanpa syarat yang terjelma dalam pengorbanan yang tanpa syarat. Ia membiarkan dirinya dipukuli, dihina, dan disalib agar dia dapat bangkit lagi dan menunjukkan bahwa kejahatan dan maut tidak mempunyai  kuasa atas manusia, karena Allah, kebaikan, adalah Hidup dari semuanya. Ini adalah tindakan kasih yang paling besar yang pernah dilakukan seseorang, atau dapat dilakukan seseorang.

Mengasihi Yesus untuk segala yang dilakukannya adalah benar, tetapi, Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan kuasa dari Juruselamat kita yang hidup, bukan dalam kepribadian Yesus, tetapi dalam Kristus yang abadi, roh Allah yang menjiwai Yesus dan senantiasa hadir, selalu tersedia untuk mengangkat, menyembuhkan, dan memperbaharui. Kalau kehadiran Yesus sebagai Juruselamat perorangan hanya terbatas selama beberapa tahun, roh Allah, Kristus, dan pengaruhnya yang menyembuhkan mengilhami dan menyentuh hati yang mudah menerima di setiap zaman.

Kristus adalah pesan universal Allah akan kasih bagi umat manusia, mengembangkan kehendak Allah dalam keselarasan serta kasih karunia bagi setiap orang dan muncul dengan paling jelas serta konsisten di mana kerendahan hati serta kemurnian ada untuk menyambutnya. Selagi kita mengikuti Yesus di Jalan yang ditunjukkannya, kasih kita baginya akan tumbuh dan demikian juga kesadaran akan kesatuan kita dengan Kristus yang dinyatakan Yesus dengan sepenuh-penuhnya. Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan bagaimana saat ini setiap orang dapat melakukan hal ini dan mulai mengalami seluruh janji dalam Kitab Perjanjian Baru.

Dalam  buku Miscellaneous Writings 1883–1896, Ny. Eddy menulis, “Bapa, kami bersyukur kepadaMu karena terangMu dan kasihMu mencapai dunia, membukakan penjara bagi orang yang terbelenggu, menghibur orang yang tidak bersalah, dan membuka lebar-lebar pintu-pintu gerbang sorga” (hlm. 275). Selagi kita maju, cemerlang pagi Paskah akan terus bersinar dan semakin indah bagi penglihatan kita, sampai, dalam kepenuhan waktu serta pertumbuhan rohaniah, semua kejahatan, dosa, kepedihan, penderitaan, dan maut berlalu dan semua yang  tinggal adalah kemuliaan Hidup ilahi.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Yohanes 3:16, 17.

* terjemahan dari syair “Nyanyian Persekutuan” karya Mary Baker Eddy ini disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini, tidak untuk menggantikan terjemahan “Nyanyian Persekutuan” yang ada di Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.