Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Suatu kesembuhan di hari Natal

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 24 Januari 2017

Aslinya diterbitkan di edisi 24 Desember 1984 majalah Christian Science Sentinel


Waktu itu hari Natal—Natal pertama setelah ibu saya meninggal. Saya anak perempuannya yang tertua, oleh karena itu saya harus menyiapkan makan malam, dan saya merasa sedih dan terbebani.

Sudah beberapa minggu ada benjolan atau daging tumbuh sebesar kepalan tangan di perut saya. Dan ketika saya berdiri mengaduk saus daging, saya merasa sangat kesakitan. Lalu datang pikiran, “Baiklah, engkau dapat berdiri di sini hanya mengaduk saus daging, atau engkau dapat memikirkan makna yang sesungguhnya dari lambang-lambang Natal.”

Maka saya mulai dengan bintang Betlehem. Bagi saya peran bintang itu adalah  memberikan harapan, terang, serta bimbingan di malam yang kelam. Juru-mudi kapal seringkali menentukan arah berdasarkan kedudukan bintang, oleh karena itu bintang yang membimbing ini dapat melambangkan orientasi rohaniah, yang membimbing dari malam materialisme atau kegelapan mental kepada Mesias atau Juruselamat. Orientasi rohaniah ini bagi saya berarti, bahwa Kristus, Kebenaran, senantiasa membawa terang yang membuat segala keputusan, tujuan, dan motif saya dapat ditetapkan secara ilahi, bebas dari cara pandang insani atau ulah pribadi yang sifatnya untung-untungan.

Para gembala—berjaga, waspada, penuh perhatian—kelihatannya adalah mereka yang secara wajar masuk dalam kelompok orang yang pertama melihat tanda surgawi ini. Oleh karena itu sifat-sifat mental seperti yang dimiliki gembala (kewaspadaan, kelemah-lembutan, kesediaan untuk menyatakan kasih yang bebas dari diri meskipun dalam keadaan pribadi yang kurang nyaman) dapat bermanfaat bagi saya, kalau saya pun dengan rendah hati mengenali dan mengikuti bimbingan rohaniah ini dalam kesadaran saya, kemana pun saya dibimbing.

Orang-orang Majus—yang bepergian jauh untuk menyampaikan persembahan mereka yang berharga—memberikan penghormatan kepada bayi itu. Bagi saya orang-orang Majus itu melambangkan penyerahan diri yang bersifat sukarela dari sistem tertinggi akan pengetahuan insani dan temuannya yang sangat berharga. Mereka berlutut di hadapan Yesus Kristus, pernyataan insani akan kebijaksanaan ilahi, yang dapat dan memang menjelaskan segala rahasia, mengalahkan segala bentuk zat, dan membuktikan hidup yang tidak dapat dikekang dalam kubur.

Saya memandang pemberian hadiah-hadiah (kepada Yesus yang masih bayi dan pada perayaan Natal sekarang ini) sebagai pernyataan kasih dan kebaikan hati, sebagai hal yang wajar yang menyertai pernyataan Kristus tentang "damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14).

Ketika merenungkan mengapa palungan, bukan penginapan yang ramai, yang menjadi tempat bagi kejadian ilahi ini, saya melihat nalar, bahwa palungan memberikan sambutan penuh kerendahan hati, yang melambangkan sifat mudah menerima. Demikian juga, sikap saya untuk mendengarkan dengan tenang dan rendah hati akan lebih sesuai untuk mendengar dan menyaksikan pesan penyembuhan ilahi daripada pikiran yang dipenuhi tuntutan kemauan diri yang sarat dengan kesibukan dan tergesa-gesa. Pemikiran yang berpusat pada diri sendiri akan menutupi suara yang kecil dan halus serta lemah lembut. Suara hening Kebenaran dalam tiap-tiap kesadaran membantu kita untuk memilih yang benar, yang baik, yang murni.

Lirik lagu yang diambil dari syair yang ditulis John Greenleaf Whittier muncul dalam pikiran saya:

Seluruh makhluk sambutlah                           
Hari Sang Anak lahirlah;                                
Firman rahmani membuang                            
Khayalan waktu dan ruang.                           

(Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 170).

Itulah tepatnya yang terjadi pada diri saya pada hari Natal itu! Saya menemukan pelepasan dari "Khayalan waktu dan ruang." Rasa lelah, sedih, dan terbebani terangkat dari diri saya. Saya tidak lagi hanya mengaduk saus daging tetapi merasa diilhami oleh apa yang saya renungkan. Perubahan pada pandangan saya terjadi sewaktu saya memikirkan makna rohaniah lambang-lambang tersebut.

Demikianlah santap malam pun selesai, dan pertemuan keluarga itu dipenuhi suka cita dan keselarasan. Kemudian malam itu, ketika saya mandi, benjolan atau daging tumbuh itu hilang! Hilang begitu saja, dan kulit saya terasa halus—tanpa bekas. Kristuslah, Kebenaran, yang bekerja di dalam kesadaran insani, yang telah menyembuhkan saya. Kristus telah menunjukkan keakuan saya yang sejati dan bersifat rohaniah, yang tidak tersentuh oleh penyakit. Kedatangan pemahaman rohaniah telah mengatasi dan membungkam kepercayaan insani yang terlihat sebagai suatu bentuk ketidakselarasan.

Perayaan Natal dengan berbagai tradisi dan lambang sekarang telah berubah bagi saya. Dan seperti dinyatakan dalam kata-kata penutup nyanyian yang sama:

Segala lambang lahiriah                                  
Hilang di t’rang rohaniah;                              
Bukan hendak pesta raya                                
Yang suci s’lalu gembira.                               
Boleh kau tahan, kawanku,                              
Segala lambang Natalmu!                               
Bahagialah yang tiap hari                               
Rayakan Natal di hati.        

Perasaan yang ada di hati kita mengenai kelahiran ide ilahi, kesadaran yang menjadi jelas mengenai makna yang lebih dalam dari berbagai hal, dapat menjadi milik kita setiap hari. Kebangkitan serta kesadaran rohaniah yang terjadi di dalam diri kita membawa pembaharuan; kita merasa dibasuh dan diperbaharui. Apakah mengherankan bahwa sukacita, pujian, rasa syukur, dan kesembuhan menyertai wawasan-wawasan rohaniah ini?

Pendiri majalah ini serta Penemu Ilmupengetahuan Kristen, Ny. Eddy, memberikan harapan kepada semua yang sekarang ini mencari cara penyembuhan yang bersifat Kristus—harapan akan kemenangan atas kesedihan, beban, keputus-asaan, penyakit, kegalauan, ketakutan.

Beliau memberitahu kita: "Yesus adalah paham insani yang terluhur akan manusia yang sempurna. Ia tidak dapat dipisahkan dari Kristus, Mesias — ide ilahi akan Allah, yang ada di luar daging. Itulah yang mengaruniakan kesanggupan kepada Yesus untuk membuktikan penguasaannya atas zat. Malaikatlah yang dahulu kala memaklumkan kepada orang Majus penyataan yang bersifat dwitunggal ini, dan dalam tiap-tiap zaman malaikat pulalah yang membisikkannya dengan perantaraan iman kepada kalbu yang lapar" (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 482). 

Sungguh menyenangkan belajar mengetahui makna yang lebih dalam dari lambang-lambang yang terdapat dalam kisah Natal yang begitu dekat di hati kita dan menemukan kesembuhan yang tuntas sebagai tambahan. Maka kita bisa mendapatkan Natal yang menyembuhkan—setiap hari!

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.