Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Untuk Hal Apakah Kita Berdoa?

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 15 Februari 2017

Aslinya diterbitkan di edisi Februari 1973 majalah  The Christian Science Journal


Hanya ada satu doa yang selalu dijawab—doa untuk menemukan Allah. Dialah satu-satunya yang sesungguhnya kita perlukan.

Doa yang tidak dijawab bukanlah doa yang sepenuhnya tidak mementingkan diri sendiri, doa untuk sesuatu yang kurang dari penyerahan diri di dalam hati kepada Bapa yang sempurna. Tetapi ketika melalui Ilmupengetahuan kita menjadi sadar sepenuhnya akan wujud kita yang satu dengan Sang Bapa, tidak sesuatu pun dapat mencederai kita—baik itu penyakit, kekurangan kebaikan, atau kuasa kejahatan.

Segala yang dapat diberikan Allah adalah diriNya sendiri yang sempurna. Jika kita berdoa untuk kesehatan fisik, untuk bukti kebendaan akan suplai, pertemanan, atau kedamaian, dalam taraf tertentu kita berdoa untuk kebohongan yang sudah ditiadakan oleh kebaikan Sang Bapa yang tidak bercela. (Semua yang diciptakan dan diketahui Budi bersifat rohaniah, tidak bercacat). Jawaban Allah yang membebaskan datang sebagai kesadaran yang murni dan rohaniah tentang Sang Bapa.

Meskipun demikian, Ilmupengetahuan Kristen memang menyelesaikan masalah fisik. Ilmupengetahuan Kristen memenuhi segala macam keperluan manusia yang sah, seperti ditunjukkan kesaksian-kesaksian yang dimuat di bagian belakang majalah ini. Ini terjadi bukan dengan berusaha menambahkan suatu unsur kebaikan kepada kefanaan kebendaan, bukan dengan menyelaraskan khayalan, melainkan dengan memecahkan khayalan kefanaan dengan kesadaran akan keamanan, kesehatan, kelimpahan, kesatuan, yang sempurna—dengan kesadaran bahwa kerajaan Sang Bapa yang tidak bersifat kedagingan hadir di sini dan sekarang juga.

Kesembuhan yang sesungguhnya tidak datang dengan mengganti konsep kebendaan yang sakit dengan konsep kebendaan yang sehat. Kesembuhan datang ketika kepercayaan-kepercayaan kebendaan hilang dalam cahaya kesejatian yang gemilang, ketika kita menyentuh kasih Sang Bapa, ketika kita merasakan kemuliaan yang tidak lekang waktu yang merupakan pusat alam semesta.

Penyembuhan rohaniah atas keadaan fisik tidak pernah kurang dari kesaksian rohaniah yang terlihat secara insani. Dalam pernyataan yang sangat mendasar Mary Baker Eddy menulis di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, "Budi baka, yang memerintahi segala-galanya, harus diakui sebagai mahakuasa dalam yang kita sebutkan alam yang kebendaan seperti dalam alam yang rohaniah" (hlm.427).

Kita tidak bisa memandang alam semesta kita sebagai khayalan kebendaan dengan dukungan kesejatian rohaniah di belakangnya. Alam semesta di mana kita tinggal saat ini adalah pancaran sempurna Hidup dan Kasih ilahi. Yang terlihat kurang dari itu adalah konsep yang tidak memiliki dukungan serta wujud dan tidak benar-benar ada di sini. Kesembuhan fisik dapat terjadi karena konsep yang kebendaan dan palsu ini dapat dihancurkan. Tetapi semua doa di dunia ini tidak pernah bisa membuat konsep yang salah menjadi sejati.

Kita benar-benar berhubungan dengan kesejatian ketika kita melepaskan keakuan fana yang mementingkan diri sendiri yang mengaku sebagai keakuan kita. Hanya kemauan insani saja, atau tekad keakuan fana untuk mempercayai hal-hal yang palsu, yang seakan membuat kita berada di luar kerajaan Sang Bapa yang cemerlang. Adalah kemauan fana yang melihat zat padahal sebetulnya tidak ada; hal itu menginginkan kepribadian kebendaan yang terbatas alih-alih kebaikan rohaniah yang bersifat individual; hal itu mempercayai kepercayaan yang umum lalu menderita karenanya. Tetapi keadaan pikiran itu bukan benar-benar milik kita.

Dalam keinginan murni untuk menemukan Sang Bapa, dengan berdoa dalam hati kepadaNya, kemauan fana akan hilang. Kita tidak bisa menghilangkannya dengan kemauan kita, tetapi dengan konsisten berusaha mendapatkan, mempercayai, dan mengamalkan kebaikan Sang Bapa yang tidak terkalahkan, egotisme manusia fana hilang. Rasul Paulus menyatakannya demikian,  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Efesus 2:8). Dan Yesus Kristus, dengan kasihnya yang tak tertandingi, berkata, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu” (Lukas 12:32).

Melalui upaya pribadi kita sendiri, kita tidak bisa benar-benar menyembuhkan satu kasus pun, kita tidak bisa melenyapkan kepercayaan fana sekecil apa pun. Tetapi melalui kesatuan kita dalam hati dengan Sang Bapa, di dalam kesadaran bahwa kita tidak memiliki wujud yang terpisah dari Allah, kita akan mulai berhenti menghalangi jalan kita sendiri, menutupi terang kita sendiri. Penanggapan palsu akan keakuan berangsur lenyap, dan Sang Bapa melakukan karyaNya melalui kita. “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri” (Yoh. 5:30). "Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (14:10).

Sejatinya, Allah tidak memberikan talenta atau kesehatan atau kebahagiaan kepada seorang pun. Kebaikan tidaklah datang dan pergi. Bapa surgawi kita memelihara bagi diriNya sendiri kemampuanNya sendiri yang tidak berbatas, keutuhanNya sendiri, damaiNya sendiri, dengan cara penuh sukacita dan terus-menerus menyatakan hal-hal tersebut melalui setiap orang di antara kita. Kesadaran rohaniah kita masing-masing adalah bentuk dari pernyataanNya akan diriNya sendiri.

Maka jika doa kita tidak terjawab, kita harus dengan seksama memeriksa apa yang kita pohonkan. Sang Bapa hanya dapat memenuhi keinginan untuk menemukan diriNya. Semua keinginan yang tidak sejalan dengan keinginan yang maha-penting ini pasti tidak dijawab, karena pada dasarnya itu hanyalah menginginkan kebohongan.

Saat menulis, di meja tulis saya ada sebuah tempat bunga berisi sekuntum mawar kuning yang sangat indah. Saat saya memandangnya, saya tersentuh oleh keindahan—nuansa warna-warna yang tidak terbatas, seperti sinar mentari dengan semburat merah muda, lekuk-lekuk mahkotanya yang menakjubkan seperti beludru, yang dengan sempurna saling menyesuaikan tempatnya, tanpa memerlukan bantuan dari luar.

Doa kita akan seindah dan terpenuhi sendiri seperti bunga mawar itu manakala merupakan suatu jangkauan yang teguh—pendekatan ke dalam kepada Kasih ilahi, Bapa segala keindahan. Di dalam setiap kalbu terdapat benih doa yang sempurna, tempat di mana Sang Bapa dipahami sebagai sempurna. Di sini doa dan jawabannya adalah satu—keinginan untuk kasih Allah melihat kasih tersebut dicerminkan di dalam dirinya sendiri.

Baik kita berdoa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kita tidak perlu berdoa untuk  mendapatkan sesuatu dari luar diri kita sendiri, seperti bunga mawar tidak memerlukan tangan manusia untuk mendapatkan keindahannya. Di dalam dirinya sendiri bunga itu mengembangkan kesaksian akan keindahannya. Di dalam diri kita Kasih ilahi mengembangkan kesaksianNya akan kesempurnaan, sambil bernyanyi, “Aku di sini. Aku adalah Semua.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.