Sejak kecil sebuah lagu gereja yang menyatakan begitu banyak kasih Allah yang menghibur dan sukacita serta pujian manusia bagi Allah selalu terngiang di telinga saya:
Pujilah Tuhan, penuntun setiap langkah kita;
Tiap hari kita dis’lamatkan [diangkat di atas sayap sang elang] dari bahaya;
Malam hari
Dia yang menjagai,
DitambahkanNya karunia.
(Joachim Neander, Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 283)
Suatu kali, penghiburan yang diberikan nyanyian tersebut sangat berarti bagi saya. Saya merasa diangkat “di atas sayap sang elang,” sebagaimana dinyatakan kata-kata asli nyanyian tersebut dalam bahasa Jerman. Dan saya memuji Allah yang mengaruniakan ketenangan dan kedamaian yang sempurna di dalam hati saya.
Inilah yang terjadi: saya sedang sibuk mencuci piring ketika bel apartemen kami berbunyi. Anak laki-laki saya yang sulung, dengan wajah serius, berdiri di pintu, memberitahukan agar saya cepat datang karena adiknya, putra saya yang lain, tergeletak di jalan. Saya mengikutinya keluar, menyangka bahwa adiknya terjatuh dan memerlukan bantuan serta penghiburan saya. Saya segera menyadari, bahwa dia tertabrak mobil pick-up.
Ketika saya melihat anak saya tergeletak tidak bergerak, segala sesuatu yang telah saya pelajari dalam Ilmupengetahuan Kristen mengenai kebenaran tentang hidup, membantu saya. Perasaan tenang dan damai yang tidak terkatakan menyelimuti saya, dan jauh di lubuk hati saya yakin bahwa apa yang saya lihat dengan mata saya yang kebendaan bukanlah yang sebenarnya.
Secara mental saya percayakan anak saya kepada Allah, dan mengatakan: “Engkaulah Bapa dan Ibunya. Dia aman dalam penjagaanMu.” Saya tahu bahwa Budi ilahi bekerja, memerintah secara mutlak, dan bahwa kita dapat sepenuhnya bergantung kepadaNya. Seperti dijelaskan dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy: “Allah adalah Budi, Ibu-Bapa, dan manusia adalah keturunan rohaniah Allah” (hlm. 336).
Dua petugas paramedik sudah berada di tempat itu dan berusaha memberikan pernafasan buatan kepada anak saya. Usaha mereka berhasil, dan sesudah beberapa menit, anak saya bernafas kembali. Sesudah itu kedua petugas paramedik tersebut memberitahukan bahwa mereka sedang berada di daerah itu, melihat kecelakaan itu, dan langsung bergegas untuk membantu. Meskipun pagi itu mereka tidak bertugas, mereka merasa terdorong untuk membawa peralatan medik untuk keadaan darurat ke dalam mobil mereka.
Bagi saya kedua penolong yang luar biasa itu telah mendengarkan malaikat yang dikirim Allah. Malaikat, seperti yang saya pahami dalam Ilmupengetahuan Kristen, adalah “Pikiran Allah, yang datang kepada manusia; intuisi rohaniah — murni dan sempurna….” (hlm. 581).
Mengetahui bahwa anak saya telah ditangani dengan baik, saya masuk sebentar ke rumah untuk minta tetangga saya menjaga ketiga anak saya yang lain. Lalu saya menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen dan meminta bantuannya untuk berdoa bagi anak saya. Sementara itu sebuah helicopter dengan tim medik darurat tiba. Diagnose dokter adalah, anak saya menderita retak tempurung kepala, patah tulang kaki dan lengan, serta cedera bagian dalam yang serius. Anak saya akan dipindahkan ke suatu rumah sakit dan dari situ ke klinik spesialis untuk menangani cedera di kepalanya.
Meskipun mendengar diagnosa yang menyeramkan, saya tetap tenang. Saya hanya merasa dipenuhi dan terkesan dengan kebaikan Allah serta pemeliharaanNya bagi kami. Saat berada di helicopter dengan anak saya, saya terus bedoa dengan penuh keyakinan. Saya tersenyum kepada anak saya dan membelainya dengan lembut.
Anak saya terlihat tenang dan tidak menunjukkan rasa takut atau kesakitan. Saya ingat bahwa Allah mengaruniakan kasih yang besar kepada semua orang, dan Alkitab beratus kali mengatakan agar kita tidak takut. Saya yakin bahwa hari itu saya didukung oleh perintah Allah yang menghibur ini: “Jangan takut” dan bahwa kami tidak perlu khawatir.
Di rumah sakit, anak saya menjalani pemotretan dengan sinar X, dan pemeriksaan lanjutan. Segera menjadi jelas bahwa doa sudah menunjukkan hasilnya. Kecuali tulang-tulang yang patah, para dokter tidak dapat menemukan tanda-tanda cedera lainnya, dan anak saya tidak perlu dipindahkan ke klinik spesialis. Dokter UGD terheran-heran dan mengatakan, bahwa selama 30 tahun berpraktek, keadaan tersebut, yang disebut sebagai “diagnosa yang keliru,” belum pernah dialaminya.
Anak saya tinggal di rumah sakit selama dua minggu. Selama itu dia tidak diberi obat-obatan, dan penyembuh dan saya terus berdoa. Dokter mengatakan, bahwa karena sikunya cedera berat, lengan anak saya tidak akan kembali berfungsi sempurna.
Saya memperoleh penghiburan dari pernyataan dalam Alkitab ini: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mrk 10:9). Saya telah belajar dalam Ilmupengetahuan Kristen bahwa manusia bersifat rohaniah, “paduan ide Roh yang tidak berhingga,” dan dalam pikiran, saya berpegang teguh kepada fakta bahwa tidak sesuatu pun dapat menghancurkan yang telah diciptakan Allah.
Meskipun dokter memprediksi yang sebaliknya, semua tulang yang patah, termasuk yang di lengan, sembuh dengan cepat dan mudah. Setelah dua minggu gips di lengannya dibuka, dan dua minggu kemudian gips di kakinya pun dibuka.
Dokter menganjurkan agar anak saya berhati-hati dengan kakinya dan tidak terlalu membebani kaki itu. Tetapi sulit untuk mencegahnya beraktifitas karena anak itu begitu bebas dan tidak memiliki rasa takut. Anak itu memancarkan kesehatan dan menyatakan sukacita hidup yang membuncah. Tidak lama kemudian dia dapat menggunakan kedua lengan dan kedua kakinya secara normal dalam segala kegiatannya bermain dan berolah-raga sehari-hari.
Bagi kami, kesembuhan ini merupakan pembuktian akan fakta rohaniah bahwa Hidup tidak dapat dihancurkan dan bersifat abadi. Hal ini terjadi lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Anak saya sekarang berumur 18 tahun dan tidak pernah menderita efek samping.
Pengalaman tersebut mengajarkan kepada saya bahwa kasih Allah senantiasa hadir dan mampu memenuhi segala keperluan kita. Saat kita berpaling kepada Allah dengan penuh percaya, Dia datang kepada kita dengan kasih karunia dan bantuanNya.
Wielenbach, Jerman