Semasa kuliah saya mempelajari ilmu perbandingan agama tetapi tidak melihat perlunya agama di dalam hidup saya. Saya dibesarkan sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen, tetapi menikah dengan seseorang yang menganut agama lain, dan lebih banyak berusaha mendapatkan jalan tengah antara kedua latar belakang kami yang sangat berbeda. Tetapi ketika putera kami cukup usianya untuk belajar di Sekolah Minggu, saya mulai merasakan suatu kekosongan dalam hidup saya dan suatu keinginan untuk memberikan kepada anak-anak kami pemahaman tentang kehadiran Allah serta kasihNya bagi mereka. Saya juga menderita efek samping yang sangat buruk dari obat-obatan saat mengalami keguguran dan mengambil kesimpulan bahwa itu bukanlah cara penyembuhan terbaik.
Saya mulai membaca buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan setiap hari, kemudian membeli Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen untuk mempelajari Pelajaran Alkitab Mingguan. Kemudian saya mulai menghadiri kebaktian gereja cabang Ilmupengetahuan Kristen setempat, dan mendaftarkan putera saya di Sekolah Minggu.
Salah satu kesembuhan yang terindah datang tidak lama setelah kelahiran puteri kami. Ketika baru berumur sepuluh minggu, dia menderita alergi yang menjadikannya sulit bernafas jika tidur terlentang. Dia ditangani seorang dokter anak yang sangat berdedikasi, yang memberinya obat-obatan, dan menganjurkan agar kasur puteri kami diletakkan miring. Ternyata puteri kami selalu bergeser turun.
Setelah mencoba beberapa cara lain, kami terpaksa bergantian duduk di kursi goyang, sambil menggendongnya tegak. Ini terjadi pada suatu akhir pekan, sampai Minggu malam. Karena suami saya harus bekerja keesokan harinya, saya menawarkan untuk menjaga puteri kami malam itu. Ketika saya duduk menggendong anak itu di kursi goyang dan suami saya mandi, saya merasa sangat mengantuk, dan takut akan ketiduran dan puteri kami terjatuh. Tanpa bersuara saya menggapai kepada Allah, mohon pertolongan. Kami telah mencoba obat-obatan dan puteri kami tidak sembuh. Jawabannya sangat jelas: telpon penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang saya kenal sejak saya masih kecil. Sungguh memerlukan iman yang kuat untuk meletakkan puteri kami di tempat tidur dan pergi ke bawah untuk menelpon penyembuh itu.
Penyembuh itu menanyakan beberapa hal kepada saya dan dengan lembut mengalihkan pikiran saya dari ketakutan yang melumpuhkan yang mencekam diri saya, dan kemudian mengakhiri dengan meminta saya untuk bersyukur kepada Allah untuk puteri kami yang sempurna. Saya masih duduk di dekat telpon sambil mengucapkan syukur kepada Allah untuk puteri kami ketika suami saya keluar dari kamar mandi. Melihat saya tidak berada di situ, suami saya berlari menuju tempat tidur bayi dan mengangkat puteri kami. Puteri kami melenguh lembut, meletakkan kepalanya di pundak suami saya, lalu tertidur pulas. Dia sembuh sama sekali.
Dengan segera suami saya bertanya apakah saya menelpon seorang penyembuh, dan saya mengiyakannya, dengan alasan saya memerlukan bantuan untuk meredakan ketakutan saya. Saya sangat tersentuh, karena suami sayalah yang menyaksikan kesembuhan itu—bahwa pemahamannya tentang kasih dan perlindungan telah membuahkan hasil.
Tahun-tahun sesudah itu, kami mengalami begitu banyak penyembuhan lain, setiap kesembuhan mewakili suatu langkah maju dan pelajaran yang kami peroleh. Saya sangat bersyukur untuk semua itu.
Richmond, Virginia, AS