Saya sedang berbicara di telepon saat bertugas di Ruang Baca ketika seseorang memasuki tempat itu. Waktu itu, orang yang menelepon bertanya tentang Ilmupengetahuan Kristen, dan saya menceriterakan beberapa kebenaran sederhana yang telah membantu saya.
Tiba-tiba, ketika selesai menelepon dan membalikkan badan, orang yang berkunjung ke Ruang Baca itu sudah berdiri di depan saya, kedua tangannya terangkat sambil memegang tongkat pemukul bola. Kelihatannya dia siap mengayunkan tongkat itu ke kepala saya. Mula-mula saya sangat ketakutan, sampai saya sadar bahwa saya harus percaya sepenuhnya bahwa Allah akan melindungi saya dan kesejahteraan orang tersebut.
Mengandalkan kearifan Allah untuk membimbing saya, saya menatap mata orang itu sambil tersenyum hangat dan bertanya, “Ada yang dapat saya bantu?”
Rupanya tanggapan saya mengagetkannya. Dia melihat saya dengan pandangan kosong untuk beberapa saat, dan tidak mengatakan apa-apa. Lalu dengan pelahan dia menurunkan pemukul itu. Dia berkata telah mengalami hari yang buruk. Saya tidak ingat secara rinci, tetapi dia berbicara sekitar 20 menit, menceriterakan beberapa hal yang dialaminya.
Dia mengatakan bahwa dia tunawisma, dan pagi itu dia naik kereta api, tanpa membayar, dan dengan kasar disuruh keluar. Tidak lama kemudian dia terlibat perkelahian dengan beberapa orang tunawisma di dekat setasiun kereta api. Menurutnya, mereka yang memulai perkelahian itu dan mengeroyoknya, merampas beberapa miliknya dan mencederainya. Orang itu mengakhiri ceriteranya dengan mengatakan, “Semua itu telah membuat saya sangat marah, dan saya ingin pergi membunuh seseorang.”
Selama orang itu berbicara kepada saya, secara mental saya menegaskan bahwa dia adalah anak Allah dan mudah menerima kecerdasan serta kasih Allah yang tidak terbatas. Saya tahu bahwa kami berdua diperintahi pengaruh yang menyembuhkan dari Kristus, pernyataan manusia yang sejati, dan bahwa orang itu dapat merasakan pengaruh Kristus.
Setelah selesai menceriterakan pengalamannya, dengan cepat dia berbalik untuk pergi. Tetapi sebelum pergi, dia menuju kembali ke meja saya dan memberikan pemukul itu kepada saya sambil mengatakan, “Saya kira saya tidak memerlukan ini lagi.” Saya terima pemukul itu, dan dia pergi.
Saya sangat bersyukur kepada orang yang sebelumnya telah menelpon saya. Pembicaraan kami telah menjadikan saya siap secara metafisis pada saat yang diperlukan. Saya bersukacita untuk pesan malaikat yang saya peroleh dari pembicaraan tersebut. Selain itu, bagi saya hal itu membuktikan bahwa kita tidak pernah sendiri atau terpisah dari kasih Allah yang merangkul kita, meskipun keadaan yang kita hadapi kelihatannya sangat menakutkan.
Saya lama mengabdikan diri di Ruang Baca Ilmupengetahuan Kristen di komunitas saya, tetapi tidak pernah melihat orang itu lagi. Dan meskipun kita tidak pernah bertemu lagi, saya percaya bahwa kebenaran rohaniah yang ditegaskan pada pertemuan itu, akan memberkati kami berdua. Saya dapat merasakannya!