Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Hidup saya diperbaharui

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Januari 2011

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi  29  Maret 2010


Sendiri, bercerai, berjuang untuk mencukupi kebutuhan keuangan, tidak bisa tidur di malam hari, hati terluka, dan tinggal di apartemen dengan satu kamar tidur serta perabotan minim—inilah gambaran mengenai kegersangan yang saya alami ketika saya tidak mengajar karena sedang liburan Paskah.  Saya sama sekali tidak tahu bahwa kebangkitan, pembaharuan, dan berkat menanti saya.

Saya baru saja bercerai, dan menganggap diri saya kehilangan tiga hal yang seharusnya membuat seorang wanita bahagia—suami, anak-anak, dan rumah. Saat itu saya merasa bahwa hidup saya memiliki dua sisi yang manis: karir saya sebagai guru, dan lebih mengenal Ilmupengetahuan Kristen, yang telah saya pelajari selama beberapa tahun. Meskipun demikian saya merasa tidak mengalami banyak kemajuan atau berkat. Saya tidak menyadari betapa dalamnya saya telah jatuh terperosok ke dalam perasaan mengasihani diri sendiri. Saya merasa terperangkap di dalam sumur, dan bertanya-tanya, Apakah Allah mendengarkan permohonan saya?

Suatu malam, saat duduk sendiri, air mata saya bercucuran. Saya bertanya kepada Allah di mana berkat untuk saya. Tidak ada jawaban. Saya menunggu. Hening.

Keluarga saya, meskipun sangat baik, tidak mengetahui masalah yang saya hadapi. Saya hanya memiliki beberapa teman, dan mereka sendiri mempunyai masalah. Akhirnya saya sadar bahwa hanya ada satu tempat untuk berpaling, Allah. Dan itulah yang saya lakukan. Saya pergi ke sumber yang saya tahu akan membimbing saya kepada Allah—Alkitab, Ilmupengetahuan dan Kesehatan, majalah-majalah Ilmupengetahuan Kristen, dan Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen. Saya berpaling kepada bacaan-bacaan itu dengan kesungguhan yang belum pernah saya miliki sebelumnya. Bacaan itu menjadi teman saya setiap saat, makanan rohaniah saya. Saya membaca di manapun dan kapanpun ada kesempatan—sebelum dan sesudah bekerja, saat makan, sore hari, dan di malam hari saat saya terbangun karena tidak dapat tidur. Saya terus-menerus membaca—memohon, mencari, dan mengetuk, sebagaimana dinasihatkan Yesus dalam Injil Lukas (lihat Lukas 11:9, 10). Saya ingin merasakan kesatuan saya dengan Allah, memahami kehadiran serta kuasa Kristus yang membawa perubahan, yang dirayakan pada hari Paskah. 

Mazmur  139, 91, dan 23 menjadi sahabat karib saya. Pesan-pesannya menguatkan saya, membantu saya untuk percaya kepada Allah dan mengingatkan saya akan keselaluhadiran Allah. Hubungan duniawi telah digantikan oleh hubungan dengan Yang Ilahi. Dari Alkitab saya juga mengenal kisah Hagar (lihat Kejadian 16). Hagar adalah hamba Sarai, isteri Abraham.   Ketika Sarai tidak dapat mengandung, Hagar menjadi isteri Abraham, untuk melahirkan anak-anaknya. Hagar melahirkan seorang anak laki-laki, Ismael, tetapi kemudian, setelah Sarai mempunyai anak sendiri, dia mengusir Hagar dan Ismael ke padang belantara. Mereka berkelana di sana, mengira akan mati, tetapi diselamatkan oleh malaikat. Saya berpikir, Apakah saya telah disia-siakan lebih daripada Hagar? Apakah keadaan saya lebih buruk daripada yang dihadapi Hagar? Tentu saja tidak. Saya mulai memperhatikan bagaimana Allah, melalui cara-cara yang kecil dan manis menunjukkan bahwa Dia memenuhi keperluan saya juga.

Suatu saat, saya bangun pada pagi hari dan sadar bahwa saya telah tidur semalaman. Itulah pertama kali dalam berminggu-minggu saya dapat tidur. Sungguh saat yang manis dan mesra, yang membesarkan hati! Dan banyak lagi kejadian seperti itu. Saya tidak perlu menunggu. Tanda-tanda pemeliharaan Allah, mengelilingi saya. 

Saya mengunjungi gereja dan Ruang Baca Ilmupengetahuan Kristen, tidak jauh dari tempat tinggal saya, dan para anggota gereja itu menyambut saya dengan hangat. Dari waktu ke waktu saya dibantu para penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang berdoa bersama saya. Hari-hari saya menjadi lebih ceria, langkah saya lebih ringan, dan senyum saya lebih lebar.

Kemudian, suatu kejadian penting mengangkat saya kepada ketinggian baru. Pada suatu pagi, seorang teman dekat dan sesama guru datang ke kelas saya. Dia menangis. Suaminya mengatakan sesuatu yang melukai hatinya, anak-anaknya sakit, dan cicilan rumah harus dibayar sedangkan tidak ada uang untuk membayarnya. Betapa hati saya bersimpati kepadanya! Kami hanya sempat berpelukan dan berjanji untuk bertemu waktu makan siang.

Saat makan siang itu, saya ingat berbicara tentang kasih Allah kepadanya; bahwa dia perlu melihat dirinya bukan hanya sebagai seorang ibu dan isteri, tetapi sebagai anak Allah, dijaga, dikasihi,dan dipenuhi keperluannya. Betapa tegas kata-kata saya dan betapa penuh keyakinan saya menyampaikan pesan itu! Betapa kami merasa dikasihi saat kami berbicara! Setelah kira-kira setengah jam, kami kembali ke kelas masing-masing. 

Sore harinya, saat sendiri di apartemen, saya merenungkan kejadian hari itu. Saya sadar akan sesuatu yang menakjubkan. Sahabat saya itu telah menangis karena masalah-masalah dengan suaminya, anak-anaknya, dan rumahnya—hal-hal yang juga saya tangisi karena saya tidak memilikinya. Saya sadar Allah menunjukkan kepada saya bahwa ada hal-hal yang lebih penting. Seakan Allah mengingatkan saya bahwa sukacita yang sesungguhnya tidak harus ditemukan dalam wujud rumah dan suami. Jawabannya bukan dalam hal-hal yang kebendaan.

Menakjubkan! Hanya Allah yang dapat mendatangkan wawasan itu kepada saya dengan cara yang dapat saya pahami. Saya menyadari, bahwa saya dapat melihat ke arah yang lebih luhur. Apakah yang terus-menerus disediakan Allah bagi saya dan setiap orang?

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, teman saya datang ke kelas saya dengan senyum berseri. Sore hari sebelumnya, saat pulang dia mendapati rangkaian bunga mawar dari suaminya di atas meja, sebuah cek yang lebih dari cukup untuk menutup cicilan rumah, dan anak-anaknya pun sehat. Betapa mulianya pesan Allah bagi kami berdua! Kejadian itu memberi sayap bagi doa-doa saya, dan mendatangkan kasih ke dalam hati saya.  Sesungguhnya berkat terus mengalir dari mata air Kasih ini. Selama  ini saya tidak menyadarinya saja, karena saya diliputi kesedihan yang seolah menenggelamkan saya.

Mulai saat itu, kepercayaan serta pergantungan saya kepada Allah terus bertumbuh. Saya berpaling kepadaNya untuk semua hal.  Dalam waktu sekitar enam bulan, saya pindah ke apartemen yang luas dengan dua kamar tidur dan ruang keluarga yang agak turun, di mana saya dapat menjamu keluarga dan teman-teman, dan saya dapat berjalan kaki ke kantor dan menumpang teman kalau ke gereja. Keadaan keuangan saya pun membaik. Dalam beberapa tahun saya berhenti merokok, menjadi anggota Gereja Induk dan gereja cabang, dan mengikuti pelajaran kursus Ilmupengetahuan Kristen, yang telah sangat memberkati saya dan orang lain. Saya juga mampu membeli mobil dan membangun persahabatan yang dalam dan langgeng dengan banyak orang.

Meskipun saya tidak ingin membandingkan pengalaman saya atau orang lain dengan pengalaman Mary Baker Eddy, saya sangat menyukai dan menghargai sebuah kalimat balam  biografi Ny. Eddy yang ditulis oleh Julia Michael Johnson: “Betapa menakjubkan perubahan yang didatangkan sentuhan  berseni Ilmupengetahuan Kristen pada perempuan ini!”  (hlm. 52). Saya pun telah merasakan sentuhan  berseni itu yang telah merubah, memperbaharui dan memulihkan hidup saya melalui kegiatan Kristus yang menyembuhkan.

Ada juga sisi lain dari kemajuan serta penyembuhan yang saya alami. Dari waktu ke waktu, saat murid-murid di kelas saya sibuk dengan pekerjaan serta kegiatan mereka, tanpa sadar mereka memanggil saya “Mama” ketika memerlukan bantuan. Saya tidak pernah melupakan saat-saat itu. Diam-diam saya bersyukur kepada Allah, Ibu-Bapa saya. Murid-murid ini adalah beberapa di antara anak-anak saya, dan saya mengasihi mereka. Selain itu, meskipun saya tidak berteman secara tetap dengan seseorang, saya sembuh dari ketakutan terhadap laki-laki. Setelah bercerai, saya begitu terpukul dan kehilangan rasa percaya diri, sehingga saya merasa takut kepada laki-laki pada umumnya. Bahkan saya tidak merasa nyaman berada di dekat mereka. Tetapi setelah saya sembuh dari ketakutan ini melalui Ilmupengetahuan Kristen, saya berkencan dengan beberapa orang dan saya merasa dikasihi dan dihargai.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak masa yang sulit dan menyedihkan itu, dan saya benar-benar merasa bahwa hidup saya telah diperbaharui. Saya telah mengalami banyak tantangan dan banyak kesembuhan untuk diri sendiri dan orang lain. Saya telah selalu merasakan kasih serta bimbingan Allah dan mendapatkan berkat yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Baru-baru ini, saya pindah ke tempat lain dan membeli rumah saya yang pertama.

Tidak ada cara untuk melukiskan bagaimana Ilmupengetahuan Kristen telah memberkati hidup saya. Pembelajaran rohaniah telah membimbing saya kepada pemahaman yang lebih luas, bahwa kehadiran Kristus terus-menerus menyembuhkan dan membaharui. Setiap hari saya membaca sebuah paragraf dari Miscellaneous Writings karangan Ny. Eddy yang mengikhtisarkan suatu perjalanan seperti yang saya tempuh: “Ketika hati yang lapar memohon roti kepada Allah, Ibu-Bapa yang ilahi,  bukan batu yang diberikan,—tetapi  kasih karunia, ketaatan, dan kasih yang lebih banyak. Jika hati ini, yang lemah lembut dan percaya, dengan setia memohon Kasih ilahi untuk memberinya makan dengan roti surgawi, kesehatan, kekudusan, maka hati itu akan disesuaikan agar layak mendapatkan jawaban atas keinginannya; maka akan mengalir kepadanya ‘sungai kenikmatanNya,’ ciri-ciri Kasih ilahi, dan pertumbuhan yang besar dalam Ilmupengetahuan Kristen akan mengikutinya—yakni sukacita yang menemukan kebaikannya sendiri di dalam kebaikan orang lain” (hlm. 127). 


Sylvia Sawitsky tinggal di Barrie, Ontario, Kanada.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.