Waktu anak-anak saya masih kecil, saya selalu berjuang melawan rasa kantuk selama menghadiri kebaktian gereja. Meskipun sudah berusaha sekuat tenaga, saya tetap mengantuk. Saya merasa hal ini dapat dimengerti karena seringkali saya tidur larut malam mengurus anak-anak. Selain itu, karena selama satu pekan saya telah mempelajari Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen, saya tidak melihat manfaat mendengarkan pelajaran tersebut dibacakan di gereja. Tetapi saya tahu semua itu hanyalah alasan saya saja. Saya tahu bahwa rasa kantuk itu lebih disebabkan karena saya tidak memahami tujuan kebaktian gereja.
Meskipun demikian, saya memiliki keinginan yang dalam untuk maju, oleh karena itu saya mendengarkan Allah untuk memperoleh jawaban. Saya terus mempelajari Pelajaran Alkitab setiap hari, di samping membaca karya tulis serta biografi Mary Baker Eddy. Jawaban itu datang—dalam Buku Pedoman Gereja, di bawah sub judul “Doa di Gereja,” saya baca: “Doa di gereja-gereja Ilmupengetahuan Kristen harus dipanjatkan bersama-sama dan semata-mata bagi jemaat” (Mary Baker Eddy, hlm. 42).
Saya tersadar, bahwa doa di gereja-gereja dipanjatkan bagi jemaat-jemaat yang menghadiri kebaktian-kebaktian Ilmupengetahuan Kristen sebagai suatu keseluruhan—semua jemaat di seluruh dunia. Saya juga menyadari bahwa doa ini dapat dipanjatkan selama kebaktian berlangsung, bukan hanya pada saat berdoa sesuai “Acara Kebaktian” dalam Buku Pedoman (hlm. 120-126).
Maka saya pun mulai mempraktekkan hal itu. Pada setiap kebaktian, baik pada hari Minggu maupun Rabo, saya menggunakan ide-ide yang disajikan dalam nyanyian-nyanyian, pilihan ayat-ayat Alkitab, nyanyian solo, Pelajaran Alkitab—seluruh kebaktian—untuk berdoa bagi jemaat. Secara khusus saya menggunakan ide-ide tersebut untuk jemaat saya dan jemaat-jemaat Ilmupengetahuan Kristen di seluruh dunia.
Saya mulai merasa bersemangat saat di gereja. Pemahaman saya tentang gereja menjadi hidup. Saya merasa lebih akrab dengan pelajar Ilmupengetahuan Kristen di mana saja. Saya melihat bahwa tujuan gereja adalah menyembuhkan. Dan saya memahami bahwa peran saya dalam pekerjaan penyembuhan adalah berdoa seperti itu, yang telah menjadi sesuatu yang saya sukai. Dan hasilnya? Semua rasa kantuk hilang.
Ini semua terjadi lebih dari 20 tahun silam, dan sampai sekarang saya masih senang mendukung kebaktian Ilmupengetahuan Kristen dengan cara itu. Hal ini membuahkan pemahaman yang lebih baik mengenai visi Mary Baker Eddy tentang gereja. Kata-katanya yang mengilhami ini merupakan seruan kepada semua pelajar Ilmupengetahuan Kristen untuk bertindak:
Doa yang dipanjatkan dalam hati di gereja-gereja kita, bergema melalui saluran-saluran waktu yang kelam, berlanjut dalam gelombang bunyi, suatu curahan denyut kalbu yang nyaring, yang bergetar dari mimbar ke mimbar, sampai kebenaran dan kasih, yang bercampur dalam satu doa yang benar, akan mengelilingi dan mempersatukan bangsa manusia (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 189).
Menanggapi seruan tersebut merupakan suatu hak istimewa bagi saya.