Anda tidak perlu takut. Memang dapat dimaklumi jika Anda takut. Tetapi sebenarnya itu tidak perlu. Kesulitan keuangan dunia saat ini mungkin tidak akan diatasi dalam satu hari. Tetapi ada hukum Allah yang hadir dan aktif pada hari ini juga untuk melindungi dan memelihara Anda dan orang-orang yang Anda kasihi. Hukum Allah berlaku di manapun juga bagi setiap orang yang mengandalkannya. Hukum ini dengan bijaksana dapat menuntun orang-orang yang sedang berusaha membetulkan persoalan-persoalan dunia. Anda tidak perlu gemetar. Bahkan jika Anda telah diberhentikan dari pekerjaan di usia lanjut Anda. Bahkan jika tabungan Anda seumur hidup tiba-tiba sangat berkurang. Bahkan jika Anda menghadapi ancaman penyitaan rumah dan kemungkinan menjadi tunawisma. Bahkan jika Anda bingung tentang langkah apa yang harus diambil selanjutnya.
Keadaan Anda bukanlah tanpa harapan, Anda tidak pernah di luar jangkauan kasih Allah untuk memenuhi setiap keperluan insani Anda, termasuk keperluan akan kebutuhan pokok, martabat, dan tuntunan. Allah mengenal Anda dan menyayangi Anda. Betapapun gawatnya mungkin keadaan yang Anda hadapi, hukum dan kasih Allah adalah lebih besar daripada kesulitan mana juapun. Hukum Allah tidak akan gagal menolong Anda jika Anda berpaling dengan benar kepadanya, sebagaimana matahari tidak akan gagal menyingsing besok pagi. Begitu besarnya dan ajegnya kasih Allah bagi Anda, sehingga akan dilakukannya semua itu dan lebih banyak lagi. Bahkan akan dijadikannya Anda mampu membantu orang lain dengan berhasil.
Waktu seorang janda yang malang dan miskin hendak menggosok-gosokkan dua ranting kayu untuk membuat api guna memasak makanan terakhir bagi anak laki-lakinya dan dirinya sendiri, mereka diselamatkan. Seorang nabi, yang mengetahui bahwa kasih Allah adalah hukum-Nya, menunjukkan kepada janda itu bagaimana menerapkan hukum itu agar ia diselamatkan tepat di tempat ia berada. Ia hanya perlu mendahulukan Allah dalam semua pikiran dan perbuatannya (lihat I Raj. 17:8-16).
Waktu Yesus dan Petrus harus membayar pajak, Yesus menyuruh Petrus memancing, dengan janji bahwa uang untuk membayar pajak itu akan terdapat dalam mulut ikan pertama yang ditangkapnya. Tak seorangpun pernah mendengar hal seperti itu—waktu itu dan sekarang. Tetapi itulah yang terjadi. Adalah hukum Allah,Kasih ilahi, yang memenuhi setiap keperluan, jika orang berpaling kepadanya dengan benar. Hukum ini akan memenuhi keperluan Anda juga. Yesus tahu, hukum Allah adalah kehendak Allah bahwa Ia adalah Semua. Itulah kuasa Kasih untuk menyebabkan kebaikan terjadi. Yesus melihat bahwa kerajaan Allah di bumi adalah sama dengan di surga. Hanya ada satu kesejatian, satu Pencipta, Allah, dan satu ciptaan. Yesus menolak berpegang pada pikiran yang lain tentang Allah atau manusia (lihat Mat. 17:24-27).
Waktu seorang janda lain terancam akan kehilangan kedua anak laki-lakinya untuk membayar utang, seorang nabi menunjukkan kepadanya bahwa ia hanya perlu menyatakan kesediaan untuk dengan rendah hati menuangkan atau membebaskan keinsafannya yang wajar bahwa Allah adalah kebaikan yang tidak berhingga. Alkitab tidak mengatakannya, tetapi mungkin janda itu mencucurkan air mata waktu ia menuang, bukan hanya karena kelegaan bahwa keperluannya dipenuhi, melainkan terutama karena sukacita bahwa ia menjamu para malaikat, atau pikiran-pikiran kudus dari Allah, yang tidak berhingga nilainya (lihat II Raj. 4:1-7).
Memang benar, banyak orang tidak tertolong di desa-desa zaman Alkitab itu. Tetapi hal itu tidaklah perlu demikian. Itu bukanlah rencana Allah bagi mereka. Kasih Allah hadir untuk menyelamatkan mereka juga. Bahkan orang-orang malang yang dipenjarakan karena tidak membayar pajak pun sebetulnya dapat 2menangkap ikan yang ditangkap Petrus. Lalu Allah akan memberi tahu Yesus suatu sumber lain untuk membayar pajak. Pemrakarsa majalah ini, Mary Baker Eddy, juga melihat hukum-hukum Allah tersebut. Ia sepenuhnya menerangkan hukum-hukum ini dalam bukunya Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci. Salah satu kalimatnya berbunyi, “Jiwa [yang berarti Allah, atau Kasih ilahi] mempunyai sumber-sumber yang tidak kering-keringnya untuk memberkati umat manusia…” (hlm. 60). Tidak kering-keringnya berarti tidak dapat habis dipakai.
Hukum ini pasti akan bekerja bagi Anda jika Anda berpaling kepadanya seperti yang dilakukan orang-orang tadi. Mereka sujud di hadapan Allah untuk mengakui kebaikan dan kesemestaan-Nya dan menyadari bahwa manusia bersatu dengan Dia. Ini adalah kehendak Allah, yang adalah hukum-Nya, kuasa-Nya untuk mengadakan kebaikan. Jika tidak, itu hanya suatu harapan, suatu keinginan, suatu permohonan—bukan suatu hukum. Dan tentulah tidak bersifat pengasih, jika hal itu menolong beberapa orang, tetapi bukan semua orang.
Bertahun-tahun yang lalu, ketika keluarga kami sedang sangat kekurangan, suatu cek untuk jumlah yang besar, datang tanpa diduga. Pengirimnya, seorang wanita, mengatakan bahwa waktu kebaktian gereja memasuki tahap doa di dalam hati, Allah mengilhaminya untuk mengirimkan cek itu.
Kita tidak perlu mengawasi kinerja saham-saham kita. Kita perlu mengawasi pikiran kita. Kita dapat berjagauntuk memusatkan pikiran pada Allah, yang sepenuhnya baik. Ini suatu cara untuk dengan penuh kerendahan hati mendengar pesan malaikat-malaikat Allah, dan membisukan saran-saran ketakutan dan keserakahan yang bersifat menular.