Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kekuatan-kekuatan kebaikan yang tidak dapat dihancurkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Oktober 2009

Diterjemahkan dari The Christian Science Monitor, edisi 2 Oktober 2009


Ada perasaan tidak berdaya saat menghadapi bencana yang mendatangkan kehancuran dan korban jiwa seperti yang melanda Filipina, Samoa, dan Indonesia. Pemberitaan yang tidak henti-hentinya mengenai kekuatan gempa, angin topan, dan tsunami seakan menenggelamkan kita. Melihat gambar-gambar mengenai seluruh desa yang tersapu oleh gelombang raksasa meninggalkan suatu kesan yang sulit dihapus mengenai betapa ringkihnya hidup manusia.

Banyak orang di negara-negara yang porak poranda itu sangat memerlukan bantuan, baik dari segi mental maupun fisik. Kehidupan mereka telah berubah untuk selamanya. Kebaikan yang telah mereka pergantungi selama ini, seperti keluarga, teman, tempat tinggal—jaminan keamanan mereka—telah direnggut dengan kekerasan. Mereka perlu merasakan kasih dan penghiburan yang akan membantu mereka memperoleh kembali rasa aman. Mereka perlu mempunyai harapan kepada kuasa kebaikan untuk memulihkan kehidupan mereka.

Mary Baker Eddy, pendiri surat kabar Monitor menulis, “Kejahatan tidaklah mahakuasa; kebaikan bukanlah tidak berdaya; demikian juga tidak benar bahwa yang kita sebutkan hukum-hukum zat adalah yang utama dan hukum Roh yang kurang penting” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 207). Saat kita mulai menerima fakta bahwa kebaikan bukanlah tidak berdaya, bahwa kebaikan adalah kekuatan yang vital dan berkuasa, doa kita diperkuat. Keberadaan kebaikan adalah bukti akan kuasa serta kehadiran Allah.

Selanjutnya, memahami bahwa ada hukum rohaniah, suatu hukum pemulihan yang bekerja di bidang insani sebagai kekuatan kebaikan, akan membawa kesembuhan. Ketakutan dihancurkan oleh hukum ini, dan hukum ini melindungi, memulihkan, dan menghibur orang-orang yang memerlukannya. Ini adalah hukum yang menghapuskan tuntutan kejahatan akan kekuasaan, dengan cara menunjukkan kehadiran kebaikan yang tidak dapat dihancurkan.

Kitab Suci memberikan contoh-contoh mengenai hukum rohaniah yang mengalahkan kejahatan ini. Kitab Perjanjian Lama menceriterakan perjuangan nabi Elia melawan ancaman Ratu Izebel untuk membunuhnya. Elia telah berulang kali membuktikan bahwa kebaikan merupan kekuatan yang memelihara dalam hidupnya. Tapi saat itu kejahatan mengalahkannya, dan dia merangkak ke dalam gua untuk mati. Allah berseru kepada Elia untuk keluar dari gua itu dan berdiri di atas gunung. Kemudian ditunjukkan kepada Elia unsur-unsur penghancur dari angin topan, gempa, dan api. Elia menyadari bahwa Allah tidak ada dalam pamer kekuatan tersebut, tetapi hanya hadir melalui kuasa rohaniah “suara yang kecil dan halus” (1RAJ 19:2-12; menurut versi King James).

Elia dapat memahami bahwa tepat di tengah kekerasan dan kehancuran itu, hukum Allah tetap bekerja, mendatangkan keselarasan dan ketertiban.

Kita pun dapat memperoleh semangat dari teladannya, dan berdiri kokoh di tengah pemandangan mengenai angin topan, gempa, serta tsunami, dan menyadari bahwa kehadiran kebaikan merupakan suatu kekuatan yang tidak dapat dihancurkan, yang mampu merubah kekacauan menjadi ketertiban.

Melalui doa kita, kita dapat berperan penting dalam mendukung orang-orang yang bekerja dengan tidak mementingkan diri sendiri untuk mendatangkan pemulihan di wilayah-wilayah yang mengalami kehancuran. Upaya-upaya pemerintahan, seperti Amerika Serikat, New Zealand, dan Australia, yang dengan cepat mengirimkan bantuan ke wilayah-wilayah yang porak poranda itu, merupakan tanda bahwa kebaikan bukanlah tidak berdaya. Para dokter, perawat, dan pekerja sosial meninggalkan rumah mereka untuk memberikan penghiburan yang sangat diperlukan oleh orang-orang yang menderita karena kesakitan serta kehilangan. Allah berseru kepada kita semua untuk pergi ke gunung doa, untuk menyaksikan “suara yang kecil dan halus” memenuhi keperluan insani.

Dari sudut pandang yang rohaniah ini kita dapat mendoa dengan lebih efektif. Kita juga akan dilindungi sehingga tidak terkesan oleh keadaan kebendaan. Doa merupakan sarana yang dapat kita gunakan untuk mencapai dan mendukung saudara kita, laki-laki dan perempuan. Doa merupakan sarana yang hebat, dan jika didukung dengan pemahaman akan kehadiran serta kuasa kebaikan, akan membawa kesembuhan.

Kata-kata Penyair Mazmur ini dapat memberi semangat bagi kita: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; … TUHAN semesta alam menyertai kita” (MZM 46:1, 2, 7).

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.