Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Bukti meyakinkan tentang kuasa penyembuhan Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Oktober 2009

Diterjemahkan dari majalah Christian Science Sentinel, July 6, 2009


Setahun yang lalu, suami saya, ketiga anak kami dan saya pindah ke negara bagian lain
untuk pekerjaan kami. Keputusan kami untuk menerima pekerjaan kami dan pindah
berlangsung tepatnya dalam waktu tiga minggu—minggu-minggu yang dipenuhi dengan
perincian-perincian, antisipasi tentang penugasan-penugasan baru kami, dan emosi
meninggalkan teman-teman dan lingkungan yang sudah akrab.

Pada hari setelah kami tiba, sedang kami menikmati makan malam di sebuah restoran,
saya diserang rasa sakit yang hebat. Waktu kami sampai di rumah, saya memerlukan
bantuan untuk menaiki tangga ke kamar tidur kami. Saya hampir tidak bisa bernafas dan
menjadi bingung. Saya minta suami saya untuk menelpon seorang penyembuh
Ilmupengetahuan Kristen untuk berdoa bagi saya.

Metode penyembuhan yang diajarkan oleh Ilmupengetahuan Kristen adalah pilihan saya
karena mempraktekannya telah selalu berhasil dengan baik, membawa kesembuhan yang
cepat bagi saya maupun keluarga saya, apa pun situasinya. Saya bahkan pernah
membantu orang-orang lain lewat doa. Jadi bagi saya, berpaling kepada Allah adalah hal
yang paling aman, yang paling cerdas yang dapat saya lakukan. Namun kemudian, dengan
situasi yang semakin memburuk, saya merasa seperti hampir tidak bisa berpikir, apalagi
mengingat bagaimana harus berdoa.

Saya tidak dapat menegakkan kepala saya, menggunakan lengan kanan saya, atau
berbicara secara jelas—dan rasa sakitnya luar biasa. Suami saya tetap di sisi saya,
dengan teratur menelpon penyembuh dan menyampaikan ide-idenya. Tetapi yang saya
ketahui hanyalah bahwa suami saya mengoncang-goncang saya dengan lemah lembut,
meminta saya untuk tetap tinggal dengannya. Saran untuk “menyerah” terus-menerus
terulang di dalam pikiran saya, bagaikan suatu anjuran yang menghipnotis. Janji, bahwa
apabila saya menyerah, segalanya akan menjadi baik, tampaknya menghibur. Saya mulai
menyerah.

Selama jam berikutnya, antara sadar dan tidak sadar, saya tiba-tiba menginsafi bahwa
anak-anak kami pasti cemas. Saya telah menjadi perhatian utama suami saya. Dia tahu
bahwa anak-anak aman—yang tertua sudah di sekolah menengah dan telah menjaga
dengan penuh tanggung-jawab saudara-saudara perempuannya berkali-kali. Sungguhpun
begitu, hati saya penuh kasih bagi mereka dan suami saya. Saya tidak ingin keluarga saya
menjadi takut. Saya tahu saya perlu berhenti mendengarkan setiap pikiran yang akan
mengalihkan perhatian saya dari keinginan agar mereka merasa terhibur dan yakin akan
keselamatan saya.

Saya menggunakan segenap kekuatan saya untuk memusatkan pikiran saya dan berdoa.
Saya mulai dengan menerima fakta rohaniah bahwa Allah adalah Kasih yang sempurna,
satu-satunya kekuasaan sejati dalam alam semesta. Saya tahu bahwa saya hanya dapat
mengalami dan menyatakan semua yang adalah Kasih. Sebagai pernyataan Allah, hidup
saya tidak dapat dirusak, dihentikan atau dibungkam, dilumpuhkan atau dibahayakan. Lalu
saya berpikir tentang semua yang dapat saya syukuri, dengan anak-anak kesayangan saya
dan suami di bagian paling atas dalam daftar tersebut. Segera saya mampu untuk tetap
sadar. Saya mulai berbicara secara normal lagi, dan menggunakan lengan saya. Saya
masih merasakan sakit, tapi hal itu juga mulai berangsur hilang.

Ketetapan hati saya untuk membuktikan bahwa Allah, Kasih ilahi, adalah satu-satunya
kekuasaan, menjadi sangat kuat. Dalam waktu sekitar sepuluh menit, saya duduk berbicara
melalui telepon dengan penyembuh. Kami menegaskan bersama bahwa Kasih saja yang
sedang bekerja dan berkuasa. Saya mengantuk tetapi terbangun beberapa kali dan terus
berdoa. Saya memikirkan suatu baris dari Ilmupengethuan dan Kesehatan dengan Kunci
untuk Kitab Suci: “Mengakui dalam batin,” tulis Mary Baker Eddy, “bahwa manusia adalah
keserupaan Allah sendiri, membebaskan manusia untuk sungguh-sungguh memahami ide
yang tidak berhingga” (hlm 90). Saya menyadari bahwa saya telah mengakui pada diri saya
bahwa saya adalah keserupaan Allah—dan kebenaran itu telah membebaskan saya.

Keesokan harinya saya kembali pada aktivitas-aktivitas normal saya, walaupun saya belum
merasa benar-benar sehat. Maka saya mohon kepada penyembuh untuk terus berdoa
dengan saya. Sepanjang hari itu, gelombang-gelombang ketakutan yang hebat akan
kambuh kembali melanda saya. Tapi saya menghadapinya dengan pengakuan yang
kokoh, bersikeras bahwa saya adalah ciptaan Allah dan bersikeras bahwa Allah telah
membuat segala sesuatunya baik—teramat baik. Saya tidak mempunyai keraguan bahwa
Allah telah membangunkan saya dari impian itu—seperti suara yang berkata kepada saya
“lepaskanlah.” Dan kasih saya untuk keluarga saya dan orang lain telah menimbulkan
keinginan saya untuk tetap ada. Pada malam harinya, rasa sakit, kelumpuhan, dan segala
ketakutan telah lenyap dan tidak kembali. Hal itu terjadi pada bulan Juli 2008.

Saya kini lebih kuat dalam kepercayaan saya bahwa “dengan Allah semua hal adalah
mungkin,” bahwa Dia adalah “penolong dalam kesesakan” (Mat. 19:26; Mazm. 46:1).
Pengalaman ini merupakan sebuah bukti lagi bagi saya bahwa berpaling kepada Allah
dalam doa adalah bijaksana dan efektif apa pun keadaannya. Allah adalah benar-benar
Kasih. Bagi saya, pernyataan sederhana itu adalah satu-satunya dasar bagi segala
penyembuhan.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.