Suatu resesi global — kecenderungan menurunnya angka-angka pendapatan nasional bruto, jumlah angkatan kerja, dan volume perdagangan — sedang terjadi. Beberapa negara di Eropa Timur telah mencatat kemunduran ekonomi selama empat kuartal berturut-turut.
Satu hal yang yang kelihatannya makin terasa di Eropa adalah ketakutan. Bukan hanya ketakutan akan kehilangan pekerjaan dan kehilangan rumah, tetapi juga akan akibat lain yang mungkin timbul dari krisis keuangan ini — seperti muculnya kembali nasionalisme yang fanatik dan proteksionisme, yang dapat mengulang keadaan yang membawa kepada teror zaman Nazi di Eropa menyusul Depresi Besar sesudah Perang Dunia Pertama. Juga ada ketakutan bahwa resesi yang parah akan memberi akibat yang berkepanjangan dalam bisnis dan kehidupan masyarakat.
Tetapi kita tidak perlu pasrah kepada resesi yang berkepanjagan dan akibatnya yang suram. Resesi, yang dapat juga didefinisikan sebagai kepercayaan umum bahwa kebaikan dapat surut, bukanlah suatu kesejatian yang ditakdirkan Allah. Ilmupengetahuan Kristen menerangkan sifat Allah sebagai Asas ilahi yang dapat diandalkan, sumber yang tidak berhingga dan abadi akan semua kebaikan. Ini tidak menyisakan sedikitpun kesempatan bagi kebaikan untuk surut. Kalau kebaikan dapat surut, sumbernya yang tidak berhingga tentulah berfluktuasi atau berkurang, dan kemunduran akan menimpa setiap orang, keluarga, masyarakat, dan negara.
Doa yang meluhurkan pikiran seseorang dari perasaan pasrah menjadi pengharapan, dan menjadi keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu tersedia, adalah suatu cara untuk membantu usaha orang-orang yang sedang berjuang mengatasi tantangan. Allah selamanya tidak berubah, dan Kasih ilahi mencurahkan kebaikan yang mengalir dengan ajek. Meskipun teori ekonomi berbicara tentang pasang dan surut kebendaan akan sumber-sumber daya — bekerja dari dasar bahwa ciptaan bersifat kebendaan — fakta yang rohaniah ialah bahwa setiap orang adalah cerminan yang tidak berubah-ubah akan kesadaran murni Allah, yang tidak pernah mencakup sedikitpun bayangan akan kekurangan.
Dalam banyak kisah Alkitab, persepsi seperti itu tentang jatidiri rohaniah yang tidak pernah berubah merupakan kunci bagi solusi persoalan dalam saat-saat krisis. Suatu kisah yang menyentuh hati ialah mengenai seorang janda yang dihadapkan pada keharusan yang menyedihkan untuk menjual kedua anak laki-lakinya sebagai budak untuk membayar utang-utang keluarganya (lihat II Raj. 4:1-7).
Ketika kesulitannya diketahui oleh Elisa, seorang nabi, ia meminta janda itu itu untuk memberitahukan apa yang dimilikinya “di rumah.” Jawabnya, sebuah buli-buli berisi minyak, rasanya tidak akan banyak menolong. Bagaimanapun juga, hal itu hanya dapat dipakai beberapa lama, lalu habis. Setidaknya, demikianlah kelihatannya secara kebendaan. Tetapi dibimbing oleh terang dari penglihatan rohaniah Elisa — kemampuannya untuk sampai taraf tertentu memahami sifat Allah yang maha memelihara — ketergantungan janda itu pada sumber kebendaan yang terbatas mulai hilang. Sebagai gantinya, ia mengalami bukti akan kehadiran Roh yang tidak berhingga dan tidak dapat habis, dan keperluan-keperluannya pun dipenuhi.
Kita tidak dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh janda itu waktu Elisa menyuruhnya memimjam banyak bejana kosong dan mencurahkan minyak ke dalamnya. Tetapi janda itu taat, dan minyak terus tercurah sampai memenuhi semua bejana itu. Dengan menjual minyak tersebut, janda itu mendapat uang untuk membayar semua utangnya dan menebus kedua anaknya dari perbudakan. Keyakinan Elisa akan kelimpahruahan abadi yang datang dari Allah telah menyingkapkan perbekalan yang diperlukan.
Dari Depresi Besar di masa lampau, sampai kepada zaman ini, Sentinel — dan majalah-majalah lain dari penerbit yang sama, The Christian Science Journal dan Bentara Ilmupengetahuan Kristen — telah memuat pengalaman orang-orang yang telah mengatasi persoalan-persoalan keuangan dengan jalan doa. Rasul Paulus menerangkan dasar dari pemecahan persoalan seperti itu: “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:19).
Ini meneguhkan kebenaran bahwa setiap orang selamanya memiliki akses kepada kebaikan yang melimpah dari Allah, dan kebenaran tentang status rohaniah kita sebagai obyek dari kasih Roh yang pemurah. Perhubungan Roh dengan ide-ide-Nya melindungi ide-ide ini dengan hukum ilahi, dan tanggapan Allah yang penuh kasih selalu tersedia untuk memenuhi keperluan dalam setiap saat. Ilmupemgatahuan dan Kesehatan menerangkan perhubungan yang kokoh seperti gunung batu ini: “Perhubungan di antara Allah dengan manusia, Asas ilahi dengan ide, tidak dapat dimusnahkan dalam Ilmupengetahuan; dan Ilmupemgetahuan tidak mengetahui penyimpangan dari keselarasan ataupun kembali kepada keselarasan, melainkan mengajarkan, bahwa tata ilahi atau hukum rohaniah — tempat Allah dan semua yang diciptakanNya adalah sempurna dan abadi — tetap tidak berubah dalam sejarahnya yang abadi” (hlm. 470-471).
Ilmupengetahuan—pengetahuan yang benar tentang wujud rohaniah yang ada dalam diri setiap orang—tidak mengetahui adanya sesuatu yang surut. Ini terbukti benar bagi janda tadi dan anak-anaknya dengan doa-doa dari Nabi Elisa. Dan inilah yang telah dibuktikan oleh keluarga-keluarga di mana-mana yang menghadapi kesulitan keuangan, semenjak Ilmupengetahuan dan Kesehatan pertama kalinya mengetengahkan pengertiannya yang sistematis tentang karunia Allah yang selalu tercurah bagi semua orang. Dan kita semua masih tetap membuktikannya sekarang ini.