Selama hidup, saya telah mengandalkan doa dan selalu mendapati bahwa doa sangatlah efektif untuk menanggapi situasi apa pun yang saya hadapi.
Tetapi, baru-baru ini saya belajar betapa pentingnya untuk tetap waspada, dan tidak menjadi lengah dalam menghadapi sesuatu kesulitan.
Selama beberapa tahun, ada sebuah tahi lalat di sisi wajah saya. Karena biasanya tertutup oleh rambut, saya tidak begitu memperhatikannya. Tetapi tahun lalu, tahi lalat itu mulai berubah rupa, dan saya bergumul dengan ketakutan.
Setiap hari, di samping pembelajaran rohaniah yang selalu saya lakukan, saya menyisihkan waktu untuk berdoa bagi kesembuhan saya. Menyadari bahwa Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen merupakan suatu pemberian yang sangat penting untuk menghadapi apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita dan dalam doa-doa kita bagi dunia setiap minggu, saya berpaling secara khusus kepada pelajaran tersebut mengenai keadaan ini. Dalam begitu bayak peristiwa, saya telah menemukan jawaban yang saya perlukan dengan mempelajari salah satu Pelajaran tersebut.
Khotbah Pelajaran minggu itu mencakup kisah ketika Yesus mendapatkan pohon ara yang tidak menghasilkan buah (lihat Mat. 21: 19-22). Hal itu tidak berkenan bagi Yesus, dan ia bersabda bahwa pohon itu tidak akan berbuah lagi selama-lamanya. Murid-muridnya tercengang ketika melihat pohon ara itu menjadi kering. Yesus kemudian menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa dan tidak berguna—apa pun yang bukan berasal dari Allah, akan dilenyapkan.
Saya segera dapat melihat relevansi kisah tersebut dengan situasi yang saya hadapi. Daging tumbuh itu buruk, tidak berguna, dan tentunya bukan berasal dari Allah, karena semua yang telah Dia ciptakan adalah baik dan abadi. Selanjutnya saya berpikir bahwa hanya pertumbuhan yang rohaniahlah—pertumbuhan yang mengembangkan suatu pengertian yang lebih dalam dan lebih jelas akan kesejatian ilahi—yang bersifat sejati dan memiliki substansi. Mengakui Roh sebagai satu-satunya Pencipta, saya menyadari bahwa sebenarnya, daging tumbuh itu bahkan tidak dapat mempunyai suatu awal, karena tanpa suatu asal yang rohaniah. Hal itu tidak memiliki dasar untuk berubah rupa atau tetap ada.
Kutipan-kutipan dari buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy dalam Khotbah Pelajaran mingu itu juga sangat membantu. Saya merasa tertarik secara khusus kepada petikan ini: “Janganlah kita biarkan tuntutan dosa atau penyakit makin diterima dalam pikiran kita” (hlm. 390). Kata-kata tuntutan dan pikiran terasa menonjol bagi saya. Pertama, kata-kata tersebut menyiagakan saya kepada fakta bahwa penyakit jasmaniah adalah suatu tuntutan belaka, atau sugesti mental, bukan suatu keadaan aktual dari mana saya harus membebaskan diri. Kedua, dan yang terpenting, saya menyadari bahwa saya telah diberitahu agar tidak membiarkan tuntutan ini tumbuh dalam pikiran. Tubuh jasmaniah bahkan tidak disebut-sebut dalam petikan itu. Dengan pencerahan ini saya dapat melihat bahwa satu-satunya tempat di mana hal ini nampaknya ada ialah dalam pikiran saya. Itu bukanlah milik saya, tidak melekat pada diri saya, dan tidak dapat menodai saya.
Dalam doa saya minggu itu, saya berpegang kepada ide-ide tersebut. Saya merasa semakin pasti bahwa saya mempunyai kuasa pemberian Allah untuk membuktikan ketidaksejatian gangguan mental ini. Karena bukan bagian dari diri saya, hal ini tidak dapat mengganggu kesehatan saya. Setiap kali saya tergoda untuk memeriksa pertumbuhan itu, saya mengingatkan diri betapa bodohnya untuk melihat zat guna membuktikan kebenaran rohaniah.
Tiap hari, sambil berfokus pada identitas rohaniah saya, kekhawatiran terhadap tahi lalat itu berkurang, dan saya mengharapkan untuk melihatnya lenyap, bagaikan pohon ara itu. Dalam beberapa hari hal itupun terjadi, dan tidak pernah kembali.
Bagi saya ini merupakan suatu contoh lain bahwa Ilmupengetahuan yang praktis ini benar-benar dapat diandalkan.
Pambula Beach, New South Wales, Australia