Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

"Kewaspadaan untuk menjalankan kewajiban"

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 3 April 2018

Aslinya diterbitkan di edisi Oktober 1959 majalah The Christian Science Journal


Mary Baker Eddy telah memberikan kepada para anggota Gereja Induk kewajiban-kewajiban tertentu untuk dijalankan setiap hari. Semua ini dijabarkannya di Buku Pedoman Gereja Induk. Salah satunya, yang berjudul “Kewaspadaan untuk Menjalankan Kewajiban,” berbunyi (Pasal VIII, Ayat 6): “Adalah kewajiban tiap-tiap anggota Gereja ini untuk setiap hari mempertahankan diri terhadap saran mental yang agresif, dan tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan atau melalaikan kewajibannya terhadap Allah, terhadap Pemimpinnya, dan terhadap umat manusia. Dari perbuatannyalah ia akan dinilai — dan dibenarkan atau disalahkan."

Para pelajar Ilmupengetahuan Kristen memahami sepenuhnya bahwa ketaatan kepada Anggaran Dasar ini menjadikan pelajar Ilmupengetahuan Kristen mampu memelihara kewaspadaan yang sesungguhnya. Pemimpin kita telah menggunakan bahasa yang tegas dan tidak dapat dilupakan ketika menulis, “tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan atau melalaikan.” 

Dewasa ini saran-saran mental yang paling tersembunyi dan membahayakan hendak menyatakan diri secara agresif. Terkadang saran-saran itu muncul sebagai pengalaman kita sendiri dalam bentuk ketakutan, rasa sakit, kekurangan, dan sebagainya. Atau terkadang saran tersebut menyatakan bahwa orang lain mengalami penyakit, bencana, kecelakaan, perang, dan berbagai kepercayaan insani yang terus-menerus membanjir melalui media televisi, radio, majalah, surat kabar, dan percakapan. Jika tidak waspada, kita menerima saran-saran yang tersembunyi dan agresif ini sebagai pikiran kita sendiri.

Alkitab berbicara tentang saran-saran ini dan kadang-kadang memberinya nama seperti antara lain Iblis, pendusta, naga merah padam, penguasa dunia. Alkitab juga berisi resep untuk menyembuhkan saran-saran ini di dalam sabda Yesus (Yohanes 14:30), “penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku." Tentu saja saran-saran itu tidak dapat menemukan tanggapan dari pelajar yang menerima kebenaran bahwa hanya ada satu Budi karena hanya ada satu Allah dan sebab itu ia tidak memiliki penanggapan perorangan akan budi untuk membiarkan dirinya lupa. Di dalam Budi ilahi tidak ada saran-saran yang mengganggu ide ilahi, manusia. Karena itu, bukankah penangkal bagi semua saran, adalah berhenti menganggap diri kita sebagai penanggapan perorangan, yang dapat diserang dan kemudian bereaksi? Dengan berusaha hidup sebagai anak Allah, kita memberkati seluruh umat manusia.

Dalam kisah Alkitab mengenai Daud dan Goliat, kita mendapati bahwa Daud, yang telah membuktikan sifat Allah, tidak terpengaruh oleh budi fana yang agresif dan berkedok sebagai suatu Goliat. Seperti Daud, dalam mengatasi saran-saran dari suatu Goliat yang hendak menyakiti, kita dapat menolak untuk menerima perlengkapan senjata dunia. Sebaliknya, kita dapat mengikuti saran Paulus (Efesus 6:11), “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis." 

Bahwa ketaatan kepada Anggaran Dasar “Kewaspadaan untuk Menjalankan Kewajiban” dapat mendatangkan kesembuhan yang serta-merta terbukti dari kejadian berikut ini. Suatu hari,  seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen pagi-pagi sekali berjalan menyusuri pantai di Maine dan bersukacita atas kesederhanaan serta kemurnian ajaran Ilmupengetahuan Kristen bahwa Allah, kebaikan, adalah mahakuasa dan hadir di mana-mana, bahwa tidak ada kemungkinan bagi kuasa atau kehadiran yang lain untuk menyatakan diri; bahwa tidak ada penanggapan jasmaniah untuk menyaksikan yang sebaliknya atau menyangkalnya. Rasa syukur yang dalam membuncah di hatinya untuk pewahyuan Ilmupengetahuan Kristen bahwa manusia adalah anak Allah yang abadi, yang selamanya dipertahankan dalam kesempurnaan oleh hukum ilahi yang senantiasa hadir, dan bahwa manusia tidak pernah merupakan makhluk fana yang tidak bahagia atau bahagia, makhluk fana yang sakit atau yang sehat. 

Pelajar itu bernalar, bahwa hal itu benar, karena Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan bahwa manusia tidak pernah dilahirkan dalam daging, tetapi selalu ada di dalam Budi Allah sebagai ide rohaniah. Perenungan tentang hal-hal yang berkenaan dengan Allah ini mendatangkan pemahaman bahwa ia merdeka dan berkuasa, sedemikian rupa sehingga ayat Alkitab ini menjadi hidup (2 Kor. 3:17), “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan."

Ketika pelajar tersebut kembali ke penginapan, beberapa tamu baru sudah duduk di sekitar meja di mana ia biasa makan pagi. Seorang wanita muda dengan suara keras mengeluh kepada suaminya: “Saya merasa akan mengalami serangan migren. Dan engkau tahu itu berarti tiga hari di tempat tidur, sedangkan kita hanya seminggu di sini.” Pelajar itu dalam hati menolak pernyataan negatif tersebut mengenai manusia dan melihat bahwa itu tidak lain hanyalah saran mental yang agresif yang memberitahu pelajar itu bahwa Allah sesungguhnya bukanlah Semua. Pelajar Ilmupengetahuan itu dengan halus membelokkan pembicaraan kepada keindahan alam sekitar dan bercerita tentang beberapa perjalanan indah yang dapat dilakukan pagi-pagi sekali.

Beberapa jam kemudian, pelajar Ilmupengetahuan Kristen tersebut melihat dari jendelanya bahwa teman-teman makan paginya saat itu sedang dengan penuh kegembiraan bermain ombak. Mereka bermain bebas. Siang harinya, ketika mereka sedang makan, terlihat bahwa pasangan itu memancarkan keceriaan serta kebahagiaan. Wanita muda itu menatap langsung mata pelajar Ilmupengetahuan Kristen tersebut dan berkata, “Apa yang anda lakukan pagi ini?” 

Pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu menjawab pertanyaan yang tanpa basa-basi itu bahwa ia tidak melakukan apa pun kepadanya. Namun, sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen, ia telah menyatakan dalam hati kebenaran tentang manusia dan menolak kesejatian dari saran mental yang agresif. Dengan kata lain, ia telah menegaskan kepada pemahamannya sendiri bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan Allah, Roh, tepat seperti yang dikatakan Alkitab, dan bahwa Budi ilahi, atau Allah, memelihara gambar ini dalam keabadian, sempurna dan bahagia serta ceria.

Lalu pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu bertanya kepada wanita itu, “Apakah anda mengakui bahwa Allah itu sempurna?” 

Wanita itu segera menjawab: "Tentu saja, saya mengakuinya." Wanita itu tahu tentang pernyataan Yesus mengenai kesempurnaan Allah dan manusia sebagaimana ditemukan dalam Khotbah di Bukit.

Pelajar Ilmupengetahuan Kristen tersebut telah menaati Anggaran Dasar “Kewaspadaan untuk Menjalankan Kewajiban” dengan mempertahankan dirinya sendiri terhadap saran mental yang agresif bahwa manusia adalah pribadi jasmaniah yang tunduk kepada dosa, penyakit, dan maut. Pelajar itu semata-mata hanya menolak untuk menerima saran jahat si Iblis bahwa tubuh dapat menentukan keadaan anak Allah, Roh. Dengan demikian saran tersebut kehilangan sifatnya yang agresif dan di hadapan kehadiran Kebenaran yang diwahyukan, saran tersebut ditiadakan. Kesembuhan pun terjadi dengan serta-merta.

Beberapa jam kemudian teman-teman baru itu bertanya apakah mereka dapat meminjam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci  karangan Mary Baker Eddy. Pada akhir minggu itu mereka pulang ke negeri mereka. Tidak lama sesudah itu, pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu menerima surat bahwa mereka telah mengunjungi suatu Ruang Baca Ilmupengetahuan Kristen, membeli buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, dan sekarang mendapat pengalaman yang sangat menarik menjelajahi negeri Roh yang baru dan menemukan keakuan mereka yang sejati.

Dengan cara yang sama, saran mental yang agresif, yang begitu marak dewasa ini di dunia, dapat ditangani secara ilmiah. Setiap pelajar Ilmupengetahuan Kristen dapat waspada untuk tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan bahwa ia sekarang adalah anak Allah, atau sebagaimana dijelaskan Pemimpin kita di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan (hlm. 475): “Manusia ialah ide, yakni gambar, akan Kasih; ia bukan suatu susunan jasmaniah. Ia adalah paduan ide akan Allah, yang meliputi sekalian ide yang benar."

Ny. Eddy, menulis tentang Buku Pedoman di bukunya The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany (hlm. 230), "Sekalipun ngengat waktu mencemarkan hal yang kudus, keabadian menanti BukuPedoman Gereja kita, yang akan mempertahankan derajatnya seperti di waktu-waktu yang lalu, di tengah-tengah para pendeta yang agresif dan aktif, dan akan tetap berdiri sementara mereka itu berlalu dan berhenti.” Dan selanjutnya ia berkata: "Gereja ini tidak bersifat berat sebelah. Aturan-aturannya tidak berlaku kepada seorang saja, tetapi berlaku sama untuk satu orang dan semua orang. Saya yakin akan hal ini, bahwa setiap Ketetapan dan Anggaran Dasar dalam Buku Pedoman ini akan meningkatkan kerohanian orang yang mematuhinya, memperkuat kemampuannya untuk menyembuhkan orang sakit, menghibur orang yang berduka, dan membangunkan orang yang berdosa.” 

Setiap pelajar Ilmupengetahuan Kristen memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa ketaatan yang benar setiap hari kepada Anggaran Dasar dalam Buku Pedoman Gereja kita akan mendatangkan kewaspadaan dan dengan kewaspadaan itu ia dapat menunjukkan hasil yang akan memberkati seluruh umat manusia.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.