Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Penyakit kanker disembuhkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 3 April 2018

Aslinya diterbitkan di edisi 12 Februari 2018 majalah Christian Science Sentinel 


Setelah berkarir selama 21 tahun di angkatan bersenjata Amerika Serikat, saya menjalani test kesehatan tahunan VA (Veteran Affairs—Urusan Veteran), yang diwajibkan karena saya menerima manfaat sebagai seorang veteran. Dalam pemeriksaan tersebut saya didiagnosa menderita kanker pankreas yang langka. Sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen, sejak awal saya menolak pernyataan ini secara mental. Tetapi semakin saya menolak kebenarannya, semakin banyak muncul bukti yang membenarkannya. Tidaklah cukup hanya menolak pernyataan tersebut; saya sadar bahwa saya harus waspada untuk terus mempergantungi apa yang telah saya pahami sebagai kebenaran akan diri saya sebagai gambar dan keserupaan Allah.

Saya berpegang teguh kepada fakta rohaniah bahwa Allah, Roh, dan manusia, cerminan Roh, adalah satu dan tak terpisahkan; oleh karena itu manusia tidak dapat ada tanpa Allah, dan Allah tidak dapat dinyatakan tanpa cerminanNya, manusia, yakni setiap orang di antara kita. Sangatlah penting bagi saya untuk berpegang secara radikal dan bersiteguh kepada wawasan rohaniah ini, agar dapat menolak pernyataan palsu di balik diagnosa yang didasarkan pada zat itu, agar dapat mengatasi ketakutan bahwa saya terpisahkan dari Allah, dan untuk menemukan kesembuhan. 

Terkadang kita harus mengetahui kebenaran ini dengan terus waspada agar dapat mengatasi perlawanan yang membandel dari budi kedagingan, atau budi fana. Suatu pernyataan di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci  karangan Mary Baker Eddy menjelaskan, “Untuk menjadi baka, kita harus meninggalkan paham yang fana akan segala hal, berpaling dari dusta kepercayaan palsu kepada Kebenaran, dan menyimpulkan fakta-fakta akan wujud dari Budi ilahi.” (hlm. 370). Saat kita menjaga pikiran kita dan berdoa dengan pengertian akan kebenaran rohaniah, kita dapat mencegah perasaan pasrah atau menerima ketidakselarasan sebagai kesejatian dan alih-alih demikian, menyembuhkannya.

Yesus Kristus tidak menanyakan tentang prognosa atau nama penyakit. Ia tidak mengenal kategori “masalah ringan,” atau “masalah yang lebih berat, yang lebih sulit disembuhkan.” Setiap masalah sama-sama merupakan suatu pernyataan ketidakselarasan—penampakan lahiriah dari yang disangkakan sebagai keterpisahan manusia dari Allah, kebaikan—dan setiap orang dapat disembuhkan. Seperti dinyatakan dalam Ilmupengetahuan dan Kesehatan:  “Yesus memandang manusia yang sempurna, yang nampak baginya, tempat manusia fana melihat seorang yang berdosa dan fana. Pada manusia yang sempurna ini Juruselamat melihat keserupaan Allah sendiri, dan pandangan yang betul akan manusia itulah yang menyembuhkan orang sakit.” (hlm. 476–477).

Setelah berpegang teguh kepada kebenaran ini, dan menyangkal pernyataan palsu zat sebagai bukan sesuatu selain saran agresif budi fana, saya tidak lagi merasa takut, dan yakin bahwa unsur ketidakselarasan itu telah disingkirkan. Sementara para dokter membahas operasi yang diperlukan, saya minta agar dilakukan scan sekali lagi untuk membuktikan bahwa kanker itu telah hilang.

Tetapi saya terkejut ketika dokter mengatakan bahwa benjolan itu bertambah besar dan bahwa juga terdapat suatu noda di paru-paru saya. Saya begitu terguncang sehingga tiba-tiba merasa sangat ketakutan. Tetapi kehidupan saya yang penuh dengan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen membuat saya tidak menanggapi hal itu selain mengetahui bahwa saya harus memperdalam pemahaman rohaniah saya untuk membuktikan perlindungan serta kasih sempurna Kristus, kebenaran wujud.

Sementara itu, saya ingat mendengarkan suatu rekaman yang menjelaskan bahwa budi fana adalah pendusta, apa pun yang dinyatakannya, karena pernyataannya bersifat fana dan kebendaan alih-alih rohaniah. Seberapa sering kita mempercayai dusta bahwa identitas kita bersifat fana saat dusta tersebut diulang-ulang begitu lantang?

Karena dusta bahwa saya menderita penyakit yang berat diulang-ulang dengan begitu kuat, saya tahu saya harus membuat pertahanan yang bahkan lebih radikal untuk kebenaran wujud saya yang bersifat rohaniah dan sempurna. Saya menegaskan bahwa saya bukan suatu ciptaan yang terasingkan, dengan Allah di suatu tempat yang jauh terpisah dari saya. Saya berdoa untuk memahami bahwa Allah dan manusia adalah satu (tak terpisahkan) dan sempurna, dan oleh karena itu saya sedetik pun tidak pernah terpisahkan dari keselarasan serta keutuhan Allah. Saya tidak pernah meninggalkan ataupun kembali kepada keselarasan. 

Saya segera minta seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk berdoa bagi saya dan memberi saya doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen. Penyembuh itu memberikan wawasan bahwa Allah menciptakan manusia bebas dari kecelakaan, penyakit, dan ketidakselarasan. Memahami ciptaan Allah menempatkan orang “dalam lindungan Yang Mahatinggi” (Mazmur 91:1)—dalam pemahaman bahwa Budi ilahi sajalah yang memerintah.

Minggu berikutnya, dokter-dokter militer menelpon untuk menjadwalkan pertemuan antara saya dengan dokter spesialis penyakit kanker. Saya mengatakan kepada mereka dengan ramah, “Tidak, terimakasih. Saya menolak untuk menjadi pasien kanker.”  Saya mengirim email kepada para dokter itu menyatakan terimakasih atas itikad baik mereka, namun saya menutup pintu kepada penyelesaian medis lebih lanjut.

Hampir bersamaan dengan saat saya menekan tombol “kirim”, telepon saya berdering. Salah satu dokter mendesak, mengatakan bahwa menghentikan pengobatan terlalu berbahaya. Saya menyatakan terimakasih atas perhatiannya dan dengan halus menolak layanan medis yang ditawarkannya.

Keesokan harinya, seorang ahli bedah kanker menelepon dan mengatakan bahwa ia ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang sulit dijelaskan melalui telepon. Oleh karena itu keesokan harinya saya mendatangi kantornya, dan dokter itu berkata bahwa sebagai seorang dokter spesialis kanker pankreas, ia berada dalam posisi yang sulit, karena ia belum pernah melihat hal seperti kasus saya. Kemudian ia membandingkan hasil scan awal yang menunjukkan adanya tumor dengan hasil scan empat minggu kemudian—scan yang saya minta untuk dilakukan. Ia mengatakan, bahwa dalam upaya menemukan kanker yang jelas terdapat pada scan awal, telah terjadi kesalahan diagnosa saat membaca scan yang kedua. Selanjutnya ia mengatakan bahwa ia tidak bisa menemukan tanda-tanda kanker pada scan yang kedua. Ia menambahkan bahwa meskipun ia harus menghormati pemeriksaan pertama yang menunjukkan adanya kanker empat minggu sebelumnya, jika sekarang ia harus melakukan operasi, setelah melihat scan yang kedua, ia tidak tahu di mana ia harus membedah!

Saya ingat kata-kata guru saya dalam Ilmupengetahuan Kristen, “Lihat? Setiap kali, budi fana adalah pendusta.”

Saya sangat bersyukur untuk Ilmupengetahuan Kristen dan berbagai berkat yang telah datang dari penyembuhan ini, yang telah tuntas selama lebih dari tiga tahun. Salah satu hasil tambahan dari doa saya yang mendalam dan penuh kesungguhan adalah, hal itu telah membantu saya mendeteksi dan bekerja untuk menghapuskan dari diri saya kecenderungan untuk membiarkan yang seakan sebagai gangguan dalam kehidupan sehari-hari memicu kemarahan saya. Saya terutama bersyukur bahwa istri saya, seorang pendatang baru di negeri ini dan dalam Ilmupengetahuan Kristen, menyaksikan sendiri kesembuhan ini. Dibesarkan oleh orang tua, yang keduanya dokter di sebuah negara di Eropa Timur, ia menyaksikan kuasa dan kebenaran Ilmupengetahuan Kristen. Saya telah menemukan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. 

Mark Rendina
Leawood, Kansas, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.