Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Datanglah seperti apa adanya

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 April 2010

Diterjemahkan dari The Christian Science Journal, edisi Januari 2010


Pada tahun 1822, seorang wanita muda berkebangsaan Inggris yang bernama Charlotte Elliott bertemu dengan seorang pendeta terkenal berkebangsaan Swis di rumah temannya. Pendeta Henri Cesar Malan bertanya apakah dia seorang Kristen. Wanita tersebut tersinggung dan berkata bahwa ia tidak ingin membicarakan hal tersebut. Pendeta itu meminta maaf tetapi juga mengatakan bahwa ia berharap suatu saat wanita tersebut  akan menjadi seorang pekerja untuk Kristus. Kelihatannya sesuatu telah meluluhkan perlawanan wanita tersebut, karena beberapa minggu kemudian saat bertemu lagi dengan Pendeta Malan, ia bertanya bagaimana ia dapat datang kepada Kristus. Pendeta itu menjawab, “Datanglah kepadanya seperti apa adanya.”

Beberapa tahun kemudian Elliott menulis karya yang kemudian menjadi nyanyian keagamaan klasik, yang salah satu variasinya adalah sebagai berikut:

Seperti apa adanya,—tanpa satu pun doa
Kecuali kasihMu mencari aku,
Dan Kau panggil aku kepadaMu,
O Tuhan yang pengasih! Aku datang.

Seperti apa adanya,—meski diguncang
Gelombang pertentangan dan sangsi,
Pergumulan di hati, takut mengelilingi,—
O Tuhan yang pengasih!  Aku datang.

Seperti apa adanya,—Kau ‘kan terima
Sambut, ampuni, sembuhkan, tolong  aku,
Karena  aku percaya akan janjimu,
O Tuhan yang pengasih! Aku datang.

 

Kasih Allah selalu mencari pekerja baru untuk Kristus, dan memberi tenaga baru untuk para pekerja lama. Saat kita merasa tidak mampu mengatasi ancaman yang kita hadapi, kita memerlukan Penyelamat. Memang mudah untuk berkecil hati, merasa bahwa kita tidak memiliki cukup iman, keberanian, atau dedikasi untuk mendoa agar persoalan-persoalan yang besar teratasi. Tetapi perasaan seperti itu tidaklah wajar, sebagaimana perlawanan terhadap Kristus yang mula-mula  dirasakan Charlotte Elliott adalah tidak wajar. Tepat pada keadaan yang penuh pertentangan itu, Juru Selamat hadir. Kristus adalah kuasa kebaikan yang senantiasa bekerja, lebih besar daripada budi insani, lebih besar daripada semua ketidakpercayaan, bukti, atau kecenderungan kebendaan yang menggoda kita untuk menyangsikan janji-janji yang diberikan Allah yang pengasih. Kita dapat datang kepada Juru Selamat ini seperti apa adanya—merasa dalam keadaan gelap, tidak layak, lelah, takut. Cukuplah jika  kita dengan  rendah hati bersedia datang.

Mary Baker Eddy memilih lagu “Just as I am” (Seperti apa adanya aku) untuk dinyanyikan beberapa kali di Boston pada tahun 1880-an. Pada salah satu kebaktian tersebut ia memberikan khotbah berjudul “The Corporeal and Incorporeal Saviour” (Penyelamat yang Kedagingan dan yang Tidak Kedagingan) yang kemudian diterbitkan dalam buku Miscellaneous Writings 1883–1896 (Serba-serbi Karangan 1883–1896). Khotbah tersebut diawali dengan suatu pernyataan yang menuntut perhatian hadirin saat itu, dan masih tetap menuntut perhatian kita saat ini: “Bagi penanggapan panca-indera, Yesus adalah anak manusia: dalam Ilmupengetahuan, manusia adalah anak Allah” (hlm. 161).  

Mungkin tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan, bahwa semua “pergumulan di hati,  takut yang mengelilingi” yang kita alami berasal dari kepercayaan bahwa kita adalah anak-anak manusia.  Yesus datang ke bumi seperti kita semua, sebagai bayi yang kedagingan, tetapi saat di dunia ini, Yesus memperoleh pengertian yang sempurna bahwa ia adalah keturunan Roh. Sebagai Juru Selamat yang kedagingan, ia menyambut, mengampuni, menyembuhkan, dan menolong siapa saja yang datang kepadanya. Dan ia melakukan jauh lebih banyak lagi. Ia menunjukkan jalan bagaimana melepaskan semua hal yang bersifat kebendaan dan  mengenakan, pikiran demi pikiran, identitas kita yang sejati sebagai putera dan puteri Allah.

Ny. Eddy mengundang para pendengarnya untuk datang kapada Kebenaran ilahi ini, yakni Juru Selamat yang tidak kedagingan, dengan membuat serangkaian pertanyaan yang mungkin diajukan orang mengenai bayi yang baru lahir itu (lihat Miscellaneous Writings, hlm. 167). Sangatlah bermanfaat untuk merenungkan jawaban Ny. Eddy  atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai penegasan mengenai siapa kita ini sebenarnya. Sebagai ikhtisar, kita sama sekali sempurna bentuknya, segala sesuatu pada diri kita menarik, paduan ide akan semua yang menyerupai Allah, memiliki substansi yang melebihi dunia yang  kebendaan, tanpa awal dan akhir; nama (identitas) kita adalah Ilmupengetahuan Kristus, orangtua kita adalah Hidup, Kebenaran, dan Kasih ilahi, dan saudara laki-laki dan perempuan kita melakukan kehendak Allah; kita adalah pewaris kerajaan, yang memiliki kuasa atas seluruh bumi; mampu untuk memberikan kuasa, damai, kebebasan, dan kesehatan kepada semua  orang dan untuk mengalahkan dunia.

Ya, datanglah  kepada Allah yang pengasih apa adanya (seperti yang Anda pikir); dan bersiaplah untuk menerima berita yang menakjubkan mengenai siapa Anda sebenarnya. Tidak ada yang dapat melawan kuasa yang membawa perubahan yang datang dari Juru Selamat seperti itu.


Margaret Rogers adalah anggota Dewan Direktur Ilmupengetahuan Kristen. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.