Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Penyembuhan yang sempurna pasca kecelakaan sepeda

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 April 2010

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel edisi 23 Februari 2009


Saya senang mengendarai sepeda saya—bagi saya hal itu seperti suatu hobi. Pada suatu hari di musim panas tahun 2005, saya mengendarai sepeda saya ke sekolah untuk menjemput putera saya, Kevin.

Saya mengambilnya seusai pelajaran, dan kami mengendarai sepeda bersama menuruni bukit, pada sisi kiri jalan, dengan kecepatan yang benar, sesuai dengan aturan lalu lintas. Lalu di depan kami, sebuah mobil melaju pada sisi kanan jalan dan menabrak kami—kami terpental ke atas seperti kertas ditiup angin kencang.

Berkat kasih karunia Allah, Budi ilahi, putera saya dan saya tidak terhempas bertindihan, ada jarak kira-kira enam kaki di antara kami. Waktu saya masih terbaring di tanah, saya mendengar seorang wanita di dekat kami berteriak; ia mengira, putera saya dan saya meninggal. Ia jatuh pingsan, tetapi sadar kembali atas pertolongan seseorang yang baik hati yang sedang lewat.

Tetapi teriakannya menyebabkan orang banyak berkerumun di tempat kejadian, nampaknya mereka hendak memukuli sopir mobil itu atas perilakunya yang gegabah. Untung saya dapat bangkit berdiri—dan saya bergembira bahwa putera saya hanya menderita beberapa luka memar pada kaki kanannya. Tetapi saya menderita luka-luka memar pada tangan saya dan pundak saya terasa sakit sekali. Celana panjang oleh raga yang saya kenakan terkoyak dari paha kanan saya sampai ke bawah. Kecuali itu, saya tidak dapat menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan mudah.

Awalnya saya merasa kesal kepada sopir itu dan ingin menghajarnya sendiri. Namun kemudian saya ingat akan ayat-ayat ini dalam Kitab Efesus: “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (4:31, 32). Rasa marah saya hilang sama sekali, dan saya merasakan kasih di sekeliling saya.

Orang banyak dalam kerumunan itu menghendaki agar sopir mobil itu melarikan kami ke rumah sakit dan membayar biaya perawatan kami dengan kartu asuransinya. Saya menolak gagasan untuk di bawa ke rumah sakit, saya percaya—dan telah mengalami berkali-kali dalam Ilmupengetahuan Kristen—bahwa Allahlah obat saya dan bahwa saya diciptakan secara rohaniah dalam gambar dan keserupaanNya (lihat Kej 1:26).

Sebuah ayat dalam kitab Mazmur dengan pasti menyatakan: “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu” (103:3).

Saya merenungkan apa yang ditulis oleh Mary Baker Eddy tentang Allah yang memberi kita segala yang kita perlukan sehari-hari. Ide-ide ini berbicara langsung kepada saya: “Allah mengaruniakan kepada kita ide-ide rohaniahNya, dan pada gilirannya, ide-ide itu memberikan kepada kita apa yang kita perlukan sehari-hari. Jangan sekali-kali meminta untuk hari esok: cukuplah bahwa Kasih ilahi adalah penolong dalam kesesakan; dan bila kita menanti, tidak pernah ragu, kita akan memperoleh segala sesuatu yang kita perlukan setiap saat” (Miscellaneous Writings 1883-1896, hlm. 307). Oleh karena itu saya tidak akan mencari pertolongan dari sesuatu pun, kecuali Allah.

Kami pun berjalan pulang, dan saya mendorong sepeda saya karena kerusakannya terlalu berat sehingga tidak dapat dinaiki. Setelah sampai di rumah, saya mulai merasakan sakit yang lebih hebat lagi. Saya menggapai kepada Allah dan merenungkan kalimat ini dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan: “Kinilah waktunya bagi semua yang disebutkan sebagai penderitaan dan kenikmatan kebendaan untuk menghilang, sebab kedua-duanya tidak sejati karena mustahil dalam Ilmupengetahuan” (hlm. 39). Dalam doa saya, saya terus menegaskan kira-kira sebagai berikut: “Allah, Engkau saja yang dapat menyembuhkan saya dan putera saya, karena Engkaulah satu-satunya penyembuh yang selalu benar. Kesulitan kami, rasa sakit yang hebat dan luka-luka memar, dapat Engkau sembuhkan bagi kami.” Dan saya merenungkan sabda Yesus, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27).

Selanjutnya saya juga mempelajari Doa Harian setiap hari sebagaimana yang ditetapkan dalam Buku Pedoman Gereja Induk karangan Mary Baker Eddy. Saya menyadari doa itu merupakan doa yang menyatakan, bahwa kasih Allahlah yang memegang kekuasaan; “’Datanglah KerajaanMu,’ baiklah pemerintahan Kebenaran, Hidup, dan Kasih ilahi menetap di dalam diriku dan menjauhkan segala dosa dariku; dan kiranya FirmanMu memperkaya kasih sayang seluruh umat manusia serta menguasai mereka!” (hlm. 41).

Secara berangsur rasa sakit berkurang, dan segala kekakuan serta ketidakmampuan bergerak pun hilang dan tidak kembali lagi. Luka-luka  memar dan rasa sakit yang hebat pada pundak saya hilang, dan saya dapat menggelengkan kepala dengan mudah tanpa rasa sakit sedikit pun. Semua luka memar pada kaki kanan putera saya juga sembuh sama sekali. Penyembuhan yang sempurna terjadi dalam tiga minggu. Saya mengetahui, bahwa kami berada dalam penjagaan Budi ilahi, Allah, dan saya tidak pernah merasa takut—demikian pula Kevin.

Sejak itu sepeda saya telah diperbaiki, dan saya terus mengayuh sepeda saya tanpa rasa takut ke mana pun saya harus pergi.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.