Setiap orang senang mempunyai seorang sahabat. Seseorang yang menyukai kita. Seseorang yang menyebabkan kita bersukaria bersamanya. Seseorang yang membela kita dan melindungi kita—seorang sahabat yang patut kita kenal dengan baik sekali, yang patut kita sediakan waktu yang banyak untuk berada bersamanya.
Sebenarnya, Allah ada bersama kita sepanjang waktu, dan menyediakan seluruh waktu di dunia ini bagi kita. Dan yang terpenting, Ia mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri, dan semua itu baik adanya. Setiap kali kita membuka hati kita bagi Allah, kita akan mendengar segala sesuatu tentang betapa besar kasih-Nya kepada kita dan setiap orang. Pikiran Allah adalah malaikat. Jadi, meluangkan waktu untuk berada bersama Allah sebetulnya adalah meluangkan waktu untuk mendengar malaikat-malaikat, dan hal itu sangat menyenangkan. Demikian pula, pikiran-pikiran malaikat Allah membantu kita untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam segala kegiatan kita—di sekolah, pada waktu berkemah, dalam olah raga—dan pikiran-pikiran itu menjaga kita tetap selamat, apapun yang terjadi. Dan pikiran-pikiran itu juga membantu kita menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
Orang yang mengenal Allah lebih baik dari setiap orang lain adalah Kristus Yesus. Ia mempunyai berbagai ide besar bagaimana mengenal Allah dengan baik sekali. Pertama-tama Yesus mengatakan, kita harus mencari tempat yang pribadi untuk berdoa—suatu tempat di mana kita berada sendiri saja dengan Allah dan memberi seluruh perhatian kita kepada Allah. Ia bersabda, “Masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi” (Mat. 6:6).
“Kamar” kita sebetulnya adalah tempat pribadi yang hening dalam pikiran kita, di mana kita dapat mendengar semua pikiran Allah yang baik yang disediakanNya bagi kita. Tempat pribadi itu ada di dalam diri kita sendiri, jadi ada bersama kita setiap saat di mana pun kita berada—bahkan bila kita sedang berada bersama banyak orang lain. Meskipun demikian, untuk merasa bahwa Allah benar-benar dekat dengan kita, sebaiknya kita menyendiri sebentar setidak-tidaknya sekali sehari dan naik ke “kamar” doa untuk berhadapan muka dengan Allah. Dengan demikian lebih mudah bagi kita untuk berada dekat sekali dengan Allah dan mendengar pikiran-pikiran malaikat-Nya setiap saat kita memerlukannya, apa pun yang sedang kita lakukan.
Saat-saat kita berada dalam kamar-doa ini mungkin berupa saat-saat hening ketika kita membuka pikiran kita untuk menerima pikiran Allah. Atau mungkin kita sedang mendalami Kalam Allah yang hidup, dalam Alkitab dan dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Atau sedang membaca artikel seperti artikel ini. Alkitab memberikan banyak contoh tentang orang-orang yang secara teratur meluangkan waktu untuk berada bersama Allah dalam doa, dan menemukan bahwa Allah adalah sahabat karib mereka.
Sebagai contoh, Daniel misalnya. Daniel mengasihi Allah begitu dalam sehingga ia masuk ke kamar doanya tiga kali setiap hari. Dan ia terus mendekatkan diri kepada Allah sepanjang hari. Ia mengingat-ingat apa yang diajarkan Allah kepadanya dan mengikuti bimbingan Allah dalam segala sesuatu yang dilakukannya. Oleh karena itulah Daniel begitu berhasil dalam melakukan tugasnya sehingga jabatannya terus menanjak sebagai pemimpin—bahkan waktu ia dipenjara di negeri asing. Akhirnya, dalam Alkitab dinyatakan, “Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya” (Dan. 6:4).
Meskipun demikian, dalam segala keberhasilannya, Daniel tetap rendah hati. Ia tidak pernah membangga-banggakan betapa baik apa yang dikerjakannya. Ia hanya tetap meluangkan waktu untuk berdoa, berhadapan muka dengan Allah, tiga kali sehari. Ia melakukan tugasnya dengan sangat baik berkat bantuan Allah, dan mengakui segala keberhasilannya sebagai kuasa Allah.
Saya yakin Daniel tahu bahwa Allah selalu tersedia sebagai sahabat karib bagi setiap orang di dunia. Allah mengasihi setiap putera-puteri-Nya dan membantunya bekerja dengan baik. Sayangnya, para pejabat tinggi dan wakil raja tidak memahami hal itu, dan mereka iri hati melihat keberhasilannya. Mereka berkomplot untuk mencari kesalahan di pihak Daniel yang dapat mereka pergunakan agar raja tidak menyukainya. Namun, bagaimanapun keras mereka berusaha, mereka tidak dapat menemukan kesalahan pada diri Daniel. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk menjebak raja dengan jalan membalikkan kekuatan Daniel yang terbesar—persahabatannya dengan Allah—menjadi sesuatu yang buruk.
Para pejabat tinggi dan wakil raja membujuk raja untuk membuat undang-undang yang melarang orang menyembah sesuatu kecuali raja, dan menyatakan bahwa setiap orang yang melanggar larangan itu akan dilempar ke kandang singa. Raja merasa senang bahwa ia disembah di atas segala yang lain, oleh karena itu ia menandatangani undang-undang itu.
Tidak lama kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja melaporkan, bahwa Daniel masih tetap saja berdoa kepada Allah tiga kali sehari. Dan raja menyadari, betapa bodoh apa yang dilakukannya dengan menandatangani undang-undang seperti itu. Ia mengasihi Daniel, tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain—ia harus melemparnya ke kandang singa. Sebenarnya, sepanjang malam itu ia berharap agar Allah Daniel akan menyelamatkannya. Keesokan harinya ia sangat bergembira menemukan Daniel dalam keadaan selamat dan tidak tercedera. Daniel mengatakan kepada raja, “Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya” (Dan. 6:23). Pada hari itu, raja menandatangani undang-undang lain yang mengharuskan setiap orang menyembah Allah Daniel.
Seperti Daniel, Anda dan saya dan setiap orang lain dapat mengenal Allah dengan sangat baik dalam kamar-doa kita. Ia adalah sahabat karib bagi setiap orang. Sangat menyenangkan untuk merenungkan malaikat-malaikat Allah. Malaikat-malaikat itu memberitahu kita segala kebaikan dan kuasa Allah—serta kebaikan dan kesanggupan kita sebagai cerminan-Nya yang rohaniah. Tetap mendekat kepada Allah membantu kita untuk melakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya. Ia membela kita dan melindungi kita apa pun yang terjadi. Dan Ia membantu kita untuk menjadi sahabat karib bagi orang lain.