Pada suatu hari yang sibuk di tahun 2005, keluarga kami yang beranggotakan empat orang berkunjung ke keluarga mertua. Siang harinya, puteri saya yang berumur dua setengah tahun, tidak enak badan dan sore harinya demam. Kami berada di rumah ipar saya, dan semua orang dapat melihat bahwa putri saya tidak sehat. Baik suami saya maupun keluarganya bukanlah pelajar Ilmupengetahuan Kristen, dan saya dapat merasakan bahwa mereka semakin khawatir dan bertanya-tanya bagaimana saya akan menangani masalah tersebut. Suami saya selalu menghormati keinginan saya untuk bergantung kepada Allah dalam hal kesehatan keluarga kami dan saya telah mengalami banyak hal yang membuktikan bahwa hal itu efektif.
Saya membahas keadaan puteri kami dengan suami saya, dan suami saya setuju untuk mengantar puteri kami dan saya ke rumah mertua, tempat kami menginap, karena saya merasa bahwa yang penting adalah berada di suatu tempat yang tenang di mana saya dapat berdoa bagi puteri kami. Suami saya mengatakan kepada ibunya, bahwa kami telah sepakat jika keesokan harinya anak itu masih sakit, suami saya akan memberi puteri kami obat.
Begitu saya dan puteri saya hanya berdua, saya menenangkan anak itu dan mulai berdoa. Pikiran saya dipenuhi kekhawatiran tentang apa yang diderita puteri saya. Saya juga merasa seorang diri karena tidak ada satu pun pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang berada di dekat saya. Tetapi saya memiliki Alkitab dan buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, dan membuka buku yang terakhir secara acak. Dalam bab “Buah-Buah Ilmupengetahuan Kristen” yang menyajikan kesaksian dari orang-orang yang sembuh karena membaca Ilmupengetahuan dan Kesehatan, saya membaca kesaksian yang ditulis seorang ibu ini: “Saya rasa, saya tidak pernah menyadari arti ketakutan sampai saya mulai mencoba mempraktekkan pengertian saya tentang Ilmupengetahuan Kristen untuk anak-anak saya. Sungguhpun demikian saya telah membuktikan berkali-kali, bahwa ketakutan tidak dapat menolong ataupun mengalangi pembuktian kita akan kebenaran. Saya menyadari hal itu untuk pertama kali ketika saya berusaha mengatasi penyakit beguk yang parah pada anak laki-laki saya yang kecil. Pada suatu malam saya dibangunkan oleh bunyi yang mendatangkan cemas yang sangat pada hati tiap-tiap ibu, dan saya dapati anak kecil itu duduk megap-megap di tempat tidur. Saya bangun dari tempat tidur, mengangkatnya, dan membawanya ke kamar sebelah. Pikiran saya yang pertama adalah: ‘Oh, sekiranya ada seorang Ahli Ilmupengetahuan Kristen yang lain di kota ini!’ Tetapi tidak ada — dan pekerjaan penyembuhan harus dilakukan, dan dengan segera. Saya mencoba bekerja secara mendoa bagi anak itu, tetapi saya merasa takut sekali sehingga saya tidak dapat berpikir; maka saya ambil buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, yang terletak di meja di samping saya, dan mulai membacanya dengan bersuara. Saya baru membaca beberapa baris saja, ketika kata-kata ini timbul dalam pikiran saya, seolah-olah suatu suara berbicara: ‘Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun.’" (hlm. 619-620).
Selagi saya membaca kesaksian tersebut, saya sangat terbantu oleh ide bahwa ketakutan “tidak dapat menolong ataupun mengalangi,” demikian juga petikan dari Alkitab yang dikemukakan dalam kesaksian tersebut. Ketakutan saya hilang saat saya merenungkan bahwa kuasa penyembuhan Allah sepenuhnya efektif dan tanpa sedikit pun efek samping yang membahayakan. Kesadaran saya dipenuhi dengan kuasa Allah, dan saya bersukacita dan yakin bahwa anak saya akan sembuh. Saya juga menemukan ide-ide yang sangat membantu di Bab pertama buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, yang berjudul “Doa.”
Saya memutuskan untuk menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen guna mendapat dukungan doa. Saat itu gereja kami telah mengorganisir suatu pertemuan pengilhaman, dan beberapa orang telah secara suka rela bersedia memberikan bantuan doa bagi orang lain di gereja cabang kami. Saya terdorong untuk segera menelpon salah satu di antara mereka. Kami membahas bahwa puteri saya sudah sempurna sebagai anak Allah, dan berada di lingkungan yang dapat mendukung kebenaran tersebut, dan bahwa dia adalah pernyataan Allah yang sangat dikasihiNya. Dengan cepat demamnya turun, dan putri saya tidur dengan baik semalaman. Keesokan harinya, dia sembuh sama sekali.
Saya sangat bersyukur untuk semua yang diajarkan Ilmupengetahuan Kristen kepada saya mengenai sifat Allah yang pengasih, dan identitas kita sebagai ciptaan Allah. Saya juga bersyukur dapat belajar mengenai cara-cara mempraktekkan Ilmupengetahuan Kristen.
Webster Groves, Missouri, AS