Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kesembuhan di hari Natal

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Desember 2012

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 19 Desember 2005


Di bawah pohon Natal terdapat sepeda berwarna merah jambu cerah lengkap dengan boncengan, sebagai hadiah Natal buat puteri kami Ailia yang berumur tiga tahun. Sungguh menyenangkan mempersiapkan sepeda itu baginya, dan kami tidak sabar untuk menyaksikan kegembiraan yang akan terpancar di matanya saat dia melihat sepeda itu. Betapa kami terkejut dan khawatir, ketika keesokan harinya, tepat pada hari Natal, kami mendengar Ailia menangis dan kami mendapati bahwa dia tidak bisa menggerakkan kakinya. Malam sebelumnya dia pergi tidur dengan lincah sekali. 

Suami saya, Nick, saat melihat keadaan puteri kami, memutuskan untuk membawa Ailia ke rumah sakit, dan saya setuju karena menyadari bahwa hal itu akan mengurangi kekhawatirannya. Pagi itu, begitu saya melihat keadaan Ailia, saya mulai berdoa. Saya telah mendapati, bahwa setiap kali saya berpaling kepada Allah dalam doa yang penuh kerendahan hati, keperluan saya terpenuhi dengan cepat dan efektif, tanpa efek samping yang merugikan, dan saya mengalami pertumbuhan rohaniah.  

Sedang saya berdoa, terlintas dalam pikiran saya kata-kata dari nyanyian yang sudah saya kenal:

Bangunlah, jangan tinggal dalam khayal
Bangkit dan nyanyilah, engkau bebas;
Kristus hidup, segala mimpi batal,
Rantai pengikat putus terlepas.
(Rosa M. Turner, Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 412)

Sungguh sangat menghibur dan menenteramkan. Saya ingat berpikir bahwa seluruh pengalaman tersebut seperti suatu mimpi di mana orang yang bermimpi  takut kepada seseorang yang memakai topeng yang mengerikan, dan bahwa hal itu terasa sangat sejati sampai orang yang bermimpi itu bangun. Sangat jelas bagi saya bahwa gejala-gejala yang dialami Ailia tidak memiliki kuasa atau substansi untuk membuat saya takut seperti halnya sebuah mimpi. Allah tidak menciptakan mimpi dan memberinya kuasa. Dan cara untuk bangun adalah dengan memahami dengan jelas kehadiran serta kegiatan Kristus—pesan Allah akan kebenaran yang menyembuhkan, kepada putera dan puteriNya.

Saya membuka buku yang memuat suatu artikel karangan Mary Baker Eddy yang berjudul ”What Christmas means to me” (Makna Natal bagi saya), yang diterbitkan di sebuah majalah terkenal waktu itu. Sungguh menghibur membaca ringkasan berikut:  "Bagi saya Natal mencakup suatu rahasia yang terbuka, dipahami oleh sedikit orang saja—atau sama sekali tidak ada yang memahaminya—dan tidak dapat diungkapkan kecuali dalam Ilmupengetahuan Kristen. Kristus bukan dilahirkan dari daging. Kristus adalah Kebenaran dan Hidup yang terlahir dari Allah—terlahir dari Roh bukan dari zat. ... Menurut pengamatan penanggapan kebendaan, Natal memperingati kelahiran seorang bayi, yang bersifat kebendaan dan fana—bayi yang lahir di palungan di tengah kawanan ternak serta hewan gembalaan di desa orang Yahudi. ... Asal yang bersahaja bayi Yesus ini sungguh sangat tidak memadai dibandingkan pengertian saya akan Kristus, Kebenaran yang abadi, yang tidak pernah dilahirkan dan tidak pernah mati” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 261–262). Hal ini dengan sangat kuat mengingatkan saya, bahwa Kristus yang menyembuhkan, yang dinyatakan Yesus dengan begitu menakjubkan di masa hidupnya, dan yang juga menyertai Abraham serta para nabi, saat ini hadir pula untuk menyembuhkan penyakit serta dosa. Saya ingat merasa begitu yakin bahwa “denyut yang hidup akan kehadiran Kristus, Kebenaran” yang dibicarakan Ny. Eddy di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci ( hlm. 351) hadir bersama kami di rumah, pagi itu. Saya yakin bahwa Kebenaran ini adalah satu-satunya kuasa, dan tidak sesuatu pun dapat merampas suka cita atau kesehatan puteri kami, karena kedua hal tersebut adalah miliknya, yang dikaruniakan Allah kepadanya.

Ketika Nick dan Ailia akhirnya kembali dari rumah sakit, suami saya memberitahukan bahwa dokter mengatakan kemungkinan anak kami mengalami kelumpuhan pada anak-anak. Tetapi karena waktu itu tepat hari Natal dan rumah sakit kekurangan tenaga, maka para dokter menganjurkan suami saya untuk membawa Ailia pulang, menikmati Natal bersama keluarga, dan keesokan harinya membawanya kembali ke rumah sakit. Sepanjang pagi itu saya merasakan dengan jelas kehadiran Kristus, sehingga diagnosa tersebut tidak membuat saya takut, dan saya pun tahu bahwa Nick juga berdoa. 

Hari Natal saat itu berjalan dengan hening dan menyenangkan. Puteri kami menjadi lebih tenang, dan tidak lama kemudian, sepeda merah muda yang baru itu membuatnya bangkit dari tempat tidur. Dia mendapatkan kembali mobilitasnya. Dan dengan gembira dia menaiki sepedanya, menggerakkan kakinya dengan bebas.

Keesokan harinya, untuk beberapa saat kedua kakinya tidak dapat digerakkan lagi. Tetapi saat itu saya melihat dengan jelas sekali, bahwa kesembuhan Ailia yang cepat sehari sebelumnya merupakan hasil kegiatan Kristus, dan tidak sesuatu pun dapat menafikkan kuasa yang menyembuhkan itu. Saya dapat melihat bahwa yang kami hadapi bukanlah kesulitan fisik, melainkan lebih merupakan ketakutan serta keraguan apakah Allah benar-benar menyembuhkan, yang terkadang datang ke dalam pikiran kita. Tetapi saya sangat menyadari bahwa ketakutan seperti itu tidak memiliki kuasa untuk membuat saya terkesan, karena hal tersebut tidak memiliki dasar dalam identitas rohaniah Ailia sebagai anak Allah yang sempurna.

Dalam waktu satu jam, Ailia bisa bergerak lagi, dan itulah akhir dari kelumpuhan tersebut. Kami tidak kembali ke rumah sakit keesokan harinya.

Penyembuhan yang cepat ini menjadi tonggak yang penting bagi kami dalam membangun rumah tangga. Hal itu merupakan bukti yang sangat berharga mengenai efektivitas doa. Saya sangat bersyukur untuk pemahaman yang terus berkembang tentang pemeliharaan Allah yang tidak dapat gagal bagi anak-anakNya, dan saya terutama bersyukur bahwa puteri kami sekarang ini menjadi wanita muda yang penuh daya hidup, yang berkecimpung secara aktif dalam berbagai kegiatan olah raga.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.