Berikut ini kisah Rita, teman kami yang berkebangsaan Jerman, kepada keluarga kami.
Rita menceritakan bahwa dalam Perang Dunia Kedua, abangnya menjadi tawanan perang di negara yang saat itu disebut Uni Soviet. Dalam kurun waktu yang lama keluarganya di Jerman tidak tahu di mana abangnya berada, bahkan setelah perang usai.
Rita menjelaskan, bahwa selama itu, ibunya selalu mengunjungi kamp tawanan perang di Jerman, yang menampung tentara tawanan asal Rusia. Ibunya selalu berdiri di luar pagar kamp dan menawarkan makanan yang dapat diberikannya kepada para tawanan tersebut, meskipun dalam jumlah sedikit. Ketika teman-temannya menanyakan mengapa ia melakukan hal tersebut, ibu itu menjawab bahwa dia tidak bisa menjelaskan mengapa dia merasa terdorong untuk melakukan tindakan yang penuh kasih itu. Dia terus melakukan kunjungan tersebut meskipun tidak tahu di mana puteranya berada di Rusia. Menurut Rita, mereka tidak pernah berharap dapat bertemu kembali dengan abangnya. Mereka bahkan tidak tahu apakah abangnya masih hidup.
Setelah lama berselang, abang Rita akhirnya dibebaskan bersama tawanan lain yang berkebangsaan Jerman, dan pulang kembali kepada keluarganya. Saat menceriterakan pengalamannya, abang Rita mengatakan betapa beratnya bertahan hidup, dan harapan bagi para tawanan untuk bisa bertahan sangatlah tipis. Menurut abang Rita, secercah harapan yang dimilikinya berasal dari kunjungan ibu-ibu Rusia, yang seringkali berdiri di luar pagar kamp dan memberi sedikit makanan kepada para tawanan. Dia mengatakan bahwa kehadiran ibu-ibu di luar pagar kamp tawanan tersebut telah memberi penghiburan yang sangat besar kepada para tawanan.
Apakah kisah tentang kasih sayang ini hanya suatu kebetulan, atau bukti akan kasih ibu yang lebih luas, Kasih-Ibu yang adalah Allah, yang melampaui kebangsaan dan keluarga seseorang? Kasih ilahi yang dicerminkan perempuan-perempuan itu pastilah sangat berarti bagi para tawanan dari kedua belah pihak.
Adalah mudah untuk merenungkan sifat kebapaan Allah, tetapi bagaimana dengan sifat keibuan Allah? Karena Allah adalah Kasih, kita dapat menghargai sifat-sifat rohaniah yang keibuan, yang dikaruniakan Allah kepada manusia, ide Allah yang terkasih dan rohaniah. Jika kita berpikir tentang ciptaan, kita dapat merenungkan betapa besarnya Allah memelihara dan mendukung kita saat kita seakan merasa tidak cukup kuat, dan merenungkan rahmat Allah yang lemah lembut, yang mendukung kita. Kasih tidak pernah berhenti memelihara kita.
Pada Hari Ibu, kita dapat merayakan sifat-sifat yang memelihara, yang merupakan diri kita, dan menyadari bahwa setiap orang di antara kita memiliki kemampuan untuk menyatakan sifat-sifat ilahi tersebut.