Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Editorial

Bertemu dengan Mary Baker Eddy

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 September 2012

Diterjemahkan dari The Christian Science Journal edisi Mei 2011


Seseorang yang kami kenal bertahun-tahunyang lalu—“Pak Schmidt”—adalah satu-satunya teman saya yang pernah bertemu dengan Mary Baker Eddy. Waktu masih kecil dan tinggal di Concord, New Hampshire, AS, dia sering melihat Ny. Eddy, orang paling terkenal di kota itu, saat sedang mengendarai keretanya. Ny. Eddy sering melambaikan tangannya kepada Pak Schmidt, bahkan kadang-kadang berhenti untuk berbincang sedikit dengannya. Pak Schmidt sama sekali tidak tahu tentang Ilmupengetahuan Kristen, tetapi ada sesuatu pada wanita ini yang menyentuh hatinya, dan Pak Schmidt merasa terdorong untuk mempelajari buku yang ditulis wanita tersebut, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci. Sejak saat itu, Pak Schmidt  tidak pernah menengok ke belakang. Ilmupengetahuan Kristen menjadi bintang pembimbing di dalam hidupnya yang panjang.

Saya pernah minta kepada teman saya ini untuk berbicara tentang Ny. Eddy pada suatu pertemuan gereja,dan berharap pak Schmidt akan memberikan pembicaraan yang mengilhami dengan berbagai kisah pribadi tentang Ny. Eddy. Pembicaraan itu memang mengilhami, akan tetapi pak Schmit sama sekali tidak menyebutkan bahwa ia mengenal Ny. Eddy secara pribadi! Yang ditekankannya adalah betapa pentingnya bagi kita untuk mengikutiNy. Eddy—untuk menghargai pewahyuannya, untuk mempraktekkan hukum-hukum Allah di dalam pelayanan penyembuhan kita sendiri.

Seusai peretemuan itu, saya bertanya kepada pak Schmidt mengapa beliau tidak berceritera tentang pertemuan-pertemuannya dengan Ny. Eddy. “Oh, saya dapat berceritera tentang matanya yang indah yang berwarna biru, dan bagaimana beliau memandang jauh ke dalam hati Anda dengan kasih yang begitu besar,” katanya sambil tersenyum. “Tetapi bukan itu yang penting mengenai Pemimpin kita. Hal-hal seperti itu terlalu bersifat pribadi.”

Berpuluh tahun sebelumnya, seorang pendeta Presbyterian dari Chicago, Reverend Frank N. Riale, pasti telah belajar—seperti saya juga belajar dari teman saya tersebut—bahwa aura pribadi Ny. Eddy sedikit saja hubungannya dengan makna Ny. Eddy yang sesungguhnya bagi umat manusia. Pendeta Riale menulis sebuah artikel berjudul “Our Debt to Christian Science—Hutang Kita kepada Ilmupengetahuan Kristen” dalam buletin gerejanya, dan artikel itu dicetak ulang dalam majalah Journal edisi  Maret 1906 (hlm. 760-762).

Pada tanggal 2 September, Pendeta Riale menulis surat penuh kekaguman kepada Ny. Eddy, dan minta untuk dapat mewawancarainya secara pribadi. Ny. Eddy menjawab dengan santun, tetapi dengan tegas menolak. Dalam jawabannya Ny. Eddy menjelaskan, “Jika saya  membiarkan diri saya mendapatkan kesenangan dengan menemui pribadi Anda, atau memberikan kesempatan kepada Anda untuk menemui pribadi saya, Anda tidak akan bisa melihat saya, karena saya tidak ada di sana.… Orang yang mencari saya dalam pribadi saya, atau di tempat lain kecuali dalam tulisan-tulisan saya, akan kehilangan saya alih-alih menemukan  saya.” Kemudian Ny. Eddy menyarankan agar dia dan Riale “bertemu” dengan cara yang lebih bermakna: “Saya berharap dan percaya, bahwa Anda dan saya dapat bertemu dalam kebenaran dan saling mengenal diri kita di sana, dan mengenal sebagaimana Allah mengenal kita” (lihat The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 118-120).

Secara konsisten Ny. Eddy mengajak para pelajar Ilmupengetahuan Kristen untuk bersatu dengannya dalam satu-satunya cara yang benar-benar berarti—membuktikan hukum-hukum Allah yang menyembuhkan. Ketika murid-muridnya memberinya sebuah kolam hias yang besar untuk rumah pertaniannya, misalnya, Ny. Eddy menganjurkan mereka untuk bergabung dengannya berkecimpung di dalam air yang sangat berbeda—air pembaptisan Roh! “Teruslah maju dengan sabar; …,” tulisnya kepada mereka, dan “…minumlah dengan saya air hidup akan semangat tujuan hidup saya,—untuk  memberi umat manusia kesan pengenalan yang murni mengenai Ilmupengetahuan Kristen yang praktis dan beroperasi” (Miscellaneous Writings 1883-1896, hlm. 206-207).

Bergabung dengan “tujuan hidup” Pemimpin kita—bagi saya, juga merupakan tema dalam otobiografi Ny. Eddy, Retrospection and Introspection. Bagian pertama buku itu melukiskan kehidupannya ketika masih belia, penemuannya akan Ilmupengetahuan Kristen, dan pendirian Gerejanya. Tetapi dengan terus-menerus Ny. Eddy memalingkan para pembaca otobiografinya dari “pribadinya yang kedagingan” kepada tanggungjawab mereka sebagai penyembuh Kristiani. Ny. Eddy menjelaskan, bahwa, seperti Ibu Dara Maria, Yesus Kristus dan dia sendiri sebagai Penemu Ilmupengetahuan Kristen, setiap orang di antara kita, harus “mengisi tempatnya sendiri dalam waktu dan keabadian” (lihat hlm. 30, 70).

Oleh karena itu bagian-bagian akhir buku itu mengandung nasehat  yang  berharga bagi para penyembuh dan guru di masa depan. Bagian-bagian itu membantu kita untuk menganyam keinginan hati kita dengan keinginan hati Ny. Eddy. Dengan perkataan lain, untuk menyatukan otobiografi kita masing-masing dengan otobiografi Ny. Eddy. Dengan demikian “bertemu di tangga yang membawa kita kepada kasih yang rohaniah” (lihat hlm. 70, 76).

Sekarang ini, setiap orang di antara kita akan bertemu dengan Penemu Ilmupengetahuan Kristen dengan cara kita masing-masing, seperti terbukti dalam seri khusus “Lives inspired by Mary Baker Eddy’s Example (Hidup yang Diilhami oleh Teladan Mary Baker Eddy)” yang dimuat di majalah  Journal. Kita mengenalnya dalam berbagai peran, sebagai Pemimpin, Penemu, Pewahyu, Guru, Editor, Penerbit, Pendeta Emeritus, atau sekedar “pengarang” buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, yang kita kasihi. Beberapa orang di antara kita senang menyebutnya “Eddy;”  beberapa orang yang lain lebih memilih untuk merujuknya sebagai “Ny. Eddy.”

Tetapi yang penting adalah, apa yang kita lakukan mengenai Mary Baker Eddy. Kita tumbuh dan memahaminya sebagai Pemimpin, dengan cara mengikutinya. Sebagai Penemu, dengan cara bersuka-cita dalam penemuannya. Sebagai Pewahyu, dengan membiarkan pewahyuannya merubah hidup kita secara revolusioner. Dengan cara seperti inilah kita dapat mulai mengenal Mary Baker Eddy. Bertemu dengannya, mengasihinya, menghormatinya, dengan cara yang diinginkannya.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.