Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kesembuhan yang cepat dan total dari stroke

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 November 2012

Diterjemahkan dari The Christian Science Journal, edisi September 2012


Tahun lalu, pada suatu pertemuan kesaksian hari Rabu di gereja, saya memutuskan untuk memberikan kesaksian tentang sesuatu yang luar biasa. Beberapa bulan sebelumnya, anak saya David menceritakan tentang seorang wartawan muda lepasan yang bekerja untuknya, yang telah ditawan oleh tentara Libya. Anak saya menelpon saya dan meminta bantuan doa, sementara dia mencari cara untuk membebaskan wartawan  tersebut. Selama enam minggu wartawan tersebut ditawan, saya berdoa untuk kebebasannya. Dalam situasi yang sangat tidak terduga, wartawan tersebut dipindahkan ke sebuah vila pribadi di Tripoli dan kemudian diserahkan kepada pemerintah Hongaria, dan akhirnya diantar ke Tunisia untuk dibebaskan.

Di tengah kesaksian itu, saya dihadapkan pada sebuah tantangan tersendiri. Pikiran saya mendadak kosong. Saya tidak lagi dapat mengucapkan kata-kata. Saya mengenali teman-teman di gereja tapi tidak dapat mengingat apa pun tentang hubungan saya dengan mereka.

Setelah pertemuan kesaksian tersebut, pengemudi yang mengantar saya ke gereja datang menjemput dan membawa saya pulang. Saya duduk diam di kursi belakang sehingga pengemudi tersebut tidak mengetahui keadaan saya. Malam itu, putera saya menelpon untuk menanyakan kabar saya hari itu. Saya dapat berbicara dengannya, tapi tidak secara fasih dan lancar. Karena khawatir, David mengatakan dia akan datang melihat keadaan saya keesokan harinya.

David dan anak perempuan saya, Barb, menceritakan kepada saya bahwa pada saat mereka tiba di apartemen keesokan harinya, saya sedang berada di tempat tidur dalam keadaan kacau, tidak seperti diri saya sendiri.  Mereka langsung membawa saya ke pusat kesehatan akademik untuk pemeriksaan darurat. Sejak tiba di rumah sakit dan selama tiga minggu sesudah itu, saya telah dipindahkan ke rumah sakit yang lain, dan sama sekali tidak ingat apa yang telah terjadi. Saya hanya mengetahui apa yang saya alami dari cerita anak-anak saya.

Di rumah sakit, para dokter menjelaskan kepada anak-anak saya bahwa saya menderita stroke berat dan telah kehilangan fungsi kognitif yang normal dan kemampuan untuk menemukan kata-kata. Karena umur saya yang sudah hampir mencapai 90 tahun, para dokter memperingatkan Barb dan David agar tidak berharap banyak. Saya kemudian mengetahui bahwa anak-anak saya saat itu memberikan dukungan yang sangat luar biasa, merawat saya dan datang menjenguk setiap hari. Saya juga banyak mendapat kunjungan berharga dari teman-teman saya, satu di antaranya membacakan Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen kepada saya. David juga menyewa dua terapis wicara untuk membantu saya.

Sebelum peritiwa tersebut, saya tengah belajar dengan sungguh-sungguh mengenai kesadaran Allah. Ibu saya pernah memberi saya sebuah artikel dengan judul “God, Mind, Conciousness—Allah, Budi, Kesadaran,” yang tidak dipublikasikan dan diperkirakan dikarang oleh Martha Wilcox, seorang pekerja di rumah Mary Baker Eddy dan kemudian menjadi guru Ilmupengetahuan Kristen. Saya telah berulang kali dan sering membaca artikel tersebut. Saya merasa sangat dicerahkan. Pengarang mengemukakan, seperti juga dijelaskan Ny. Eddy,  bahwa kesadaran adalah milik Allah. Karena kita adalah gambar dan keserupaan Allah, ide ilahi Allah, maka kita sepenuhnya mencerminkan kesadaran ilahi tersebut. Kita tidak dapat memiliki kesadaraan yang lain. Apa pun yang tidak baik atau yang bukan berasal dari Allah (seperti ketakutan atau kritik atau kepercayaan bahwa seseorang itu sakit), bukan merupakan bagian dari kesadaran yang benar dan oleh karena itu adalah kepercayaan yang palsu. Palsu, karena sumbernya bukan Allah yang adalah Semua dan baik.

Dengan terus berpegang teguh kepada penalaran itu, kepercayaan kepada kesadaran lain pun musnah. Ny Eddy menulis di bukunya Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, “Suatu ide rohaniah tidak mengandung satu pun unsur kesesatan, dan kebenaran ini membuangkan dengan selayaknya apa pun yang merugikan” (hlm. 463).

Sebagai hasil pembelajaran tersebut, saya menjaga pikiran saya dengan saksama dan berusaha semampu saya untuk menjauhkan segala pemikiran palsu – segala pikiran sesat. Bukan hanya kritik, tetapi juga kekesalan, kebencian, penanggapan perseorangan, dan sebagainya. Semua ini saya lakukan dengan menyatakan kebenaran bahwa hanya ada satu Budi, Allah – satu kesadaran – setiap kali pikiran fana ingin memasuki kesadaran saya. Dengan perlahan dan penuh kerendahan hati saya belajar untuk tidak menjadikan pikiran palsu ataupun kesesatan sesuatu yang bersifat pribadi dan hanya membiarkan kebenaran memenuhi pikiran saya.

Suatu malam di rumah sakit, setelah tidur, saya sadar bahwa saya berada dalam kamar yang sangat gelap dan hanya ada satu jendela di kamar tersebut. Tirai kayu menutupi jendela itu dan hanya menyisakan celah sekitar setengah inci di setiap sisinya di mana cahaya masuk. Saya berjalan menuju jendela dan menggunakan dua jari untuk mengintip di antara tirai kayu tersebut. Saya melihat ke luar. Di luar penuh dengan cahaya yang sangat indah, lembut tetapi terang. Saya mengatakan kepada diri saya, “Ini adalah kesadaran Allah dan saya mencerminkan semua itu.” Kemudian, semuanya berlalu. Saya pun melanjutkan tidur. Keesokan paginya saya ingat kejadian malam itu dan saya merasa nyaman dan tentram.

Ny Eddy menulis dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan: “Satu saat akan kesadaran ilahi, atau pengertian rohaniah tentang Hidup dan Kasih, adalah suatu kecapan yang lebih dahulu tentang keabadian. Pandangan yang sangat luhur ini, yang diperoleh dan dipegang apabila Ilmupengetahuan tentang wujud dipahami, menjambatani selang waktu maut dengan hidup yang diinsafi secara rohaniah, dan manusia akan sepenuh-penuhnya sadar tentang kebakaan dan keselarasannya yang abadi, tempat dosa, penyakit, dan maut tidak dikenal” (hlm. 598).

Dalam dua hari berikutnya ingatan saya mulai pulih dan dalam waktu satu minggu keadaan mental dan fisik saya pulih secara total.

Sekarang saya sudah pulang ke apartemen saya, sehat dan bahagia.

Rasa syukur yang dalam dan kasih saya kepada Ny Eddy sungguh tidak berbatas. Beliau mengungkapkan kebenaran tentang alam semesta dan manusia dan dengan rela memberikannya kepada dunia.


Sepanjang akhir musim semi dan permulaan musim panas tahun lalu, adik perempuan saya dan saya melihat akibat dari stroke berat yang dialami ibu kami dan kemudian melihat kesembuhannya secara total. Dokter syaraf di ruang gawat darurat memperingatkan bahwa penderita stroke yang sudah berumur seperti ibu kami (89 tahun waktu itu) jarang sekali mengalami kesembuhan yang berarti. Terapis wicara yang menangani kasus ibu saya, yang kebetulan seorang pimpinan tingkat nasional di bidang terapi wicara memberitahu kami bahwa beliau belum pernah melihat kesembuhan secara total seperti ini. “Tidak pernah. Tidak ada satu pun.” Terapis wicara kedua, saat ditanya apa yang menyebabkan penyembuhan yang menakjubkan yang dialami  ibu kami, mengatakan kepada adik saya: “Agama beliau. Ibu kalian adalah seorang pasien yang telah merubah karir kami.”

Kami sungguh takjub dan sangat bersyukur mendapatkan kembali ibu kami.

Setelah  ibu terkena stroke, para dokter mengatakan kepada saya dan abang saya bahwa ibu tidak akan dapat pulih secara total. Saya berpikir, “Kalian tidak mengenal ibu saya. Seumur hidupnya, dia adalah pelajar Ilmupengetahuan Kristen. Kalian akan kaget dengan apa yang akan kalian lihat.” Selama beberapa minggu berikutnya, saya menyaksikan ketakjuban di wajah para terapis wicara ketika ibu dapat diajak bercakap-cakap, setelah sebelumnya tidak bisa berbicara sepatah kata pun.  Salah seorang terapis wicara mengatakan bahwa kesembuhan ibu saya merupakan suatu “keajaiban,“ yang menurutnya disebabkan “agamanya.” Hal itulah yang terjadi, dan kami sangat bahagia mengetahui bahwa ibu kami telah menjalani hidup dengan berpegang kepada ajaran dan asas-asas Ilmupengetahuan Kristen.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.