Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Gantilah kekhawatiran tentang keadaan keuangan dengan rasa percaya kepada Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Januari 2012

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 27 September 2010


Sebagai perencana keuangan, saya telah melihat bagaimana perubahan pikiran dapat secara radikal berdampak pada keadaan keuangan seseorang. Saat para nasabah saya mengalami perubahan yang besar dalam hidup mereka—misalnya, perceraian, ditinggal mati pasangannya, kehilangan pekerjaan—mereka mungkin khawatir bagaimana memperoleh cukup uang untuk menopang hidupnya.

Tentu saja kekhawatiran seperti itu dapat dimaklumi, tetapi pernyataan berikut dari buku Mary Baker Eddy, Imupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, telah selalu membantu saya dalam berdoa mengenai masalah seperti itu: “Kasih ilahi senantiasa telah memenuhi dan selalu akan memenuhi segala keperluan manusia” (hlm. 494).

Bimbingan lain saya peroleh dalam kisah Alkitab mengenai janda yang kedua puteranya akan dijual untuk membayar hutang suaminya. Ketika janda itu minta bantuan nabi Elisa, nabi itu memerintahkannya untuk mengambil minyak miliknya yang tinggal satu botol dan menuangkannya ke dalam sebanyak mungkin bejana yang dapat disediakan kedua puteranya. Meskipun hanya memiliki satu botol minyak, janda itu dapat mengisi cukup banyak bejana, sehingga dia mampu menjual minyak itu, membayar hutangnya, dan hidup dari sisanya (lihat 2Raja 4:1-7). Bagi saya kisah ini menunjukkan bahwa Allah memenuhi keperluan kita dengan cara yang nyata, meskipun kita tidak selalu tahu persis bagaimana hal ini akan terjadi.

Dalam Ilmupengetahuan dan Kesehatan, ada satu bagian yang saya anggap sangat bermanfaat  saat berdoa untuk diri sendiri dan untuk pekerjaan saya. Bagian itu berbunyi “Tafsiran Ilmiah Tentang Budi Fana” (hlm. 115-116).  Budi fana adalah ungkapan lain mengenai kehidupan manusia yang didasarkan pada zat alih-alih pada Roh. Mempelajari tafsiran ini membantu mengangkat pikiran saya mengatasi keraguan dan ketakutan mengenai keadaan kebendaan, dan memelihara pandangan rohaniah mengenai hubungan saya dengan Allah.

Tafsiran tentang budi fana ini, atau pikiran fana, memiliki tiga tingkat. Yang pertama disebut  “Kemaksiatan” dan didefinisikan sebagai “Jasmaniah.” Ciri-ciri  tingkat ini, antara lain “ketakutan, kemauan maksiat, pembenaran diri sendiri, tinggi hati, dengki, penipuan, kebencian, suka membalas dendam.”

Bagi saya tingkat ini menyarankan, bahwa dalam transaksi keuangan, untuk setiap pemenang ada yang menderita kekalahan, jadi utamakanlah kepentingan sendiri. Jika kita berpikir seperti itu, mungkin sekali akhirnya kita merasa bahwa sumberdaya keuangan yang tersedia hanya terbatas dan kita masing-masing harus mendapatkan sebanyak mungkin, dengan cara apa pun.

Lebih tinggi dari tingkat kemaksiatan, adalah tingkat berikutnya yang oleh Ny. Eddy disebut  “Susila.” Pada tingkat ini kita temukan “Peri kemanusiaan, kejujuran, kasih sayang, belas kasihan, harapan, iman, kelemah-lembutan, penguasaan diri.” Tingkat peralihan ini mendatangkan jauh lebih banyak keselarasan dan kedamaian pada masalah-masalah keuangan.

Untuk semua pihak, kejujuran merupakan komponen utama dalam transaksi keuangan. Harapan dan iman kepada kebaikan Allah memberikan keamanan dan kestabilan dalam perhubungan kita dengan orang lain. Kelemah-lembutan menghapuskan tinggi hati, dan penguasaan diri menjadikan kita tetap seimbang. Baik kita membantu mengurus keuangan orang lain, atau mengurus keuangan kita sendiri, kasih merupakan unsur utama untuk setiap keputusan. Pada saat kita mengasihi setiap orang yang kita temui dan mengetahui bahwa keperluan mereka dapat dipenuhi, kita akan mendapati bahwa keperluan kita pun terpenuhi.

Pandangan susila memberikan jauh lebih banyak kebebasan di bidang keuangan dibandingkan jika kita memutuskan untuk memiliki pandangan kebendaan yang menduga-duga. Tetapi kita mendekati kebebasan yang sesungguhnya, saat kita bergerak melampaui tingkat susila, menuju pemahaman yang lebih luhur mengenai substansi, yang merupakan bagian dari tingkat ketiga, yang disebut “Rohaniah.” Tingkat ini menyatakan “kebijaksanaan, kemurnian, pengertian rohaniah, kekuasaan rohaniah, kasih, kesehatan, kekudusan.” Pada tingkat ini kita melihat bahwa bukan tata ekonomi insani, belas kasihan, atau produktivitas yang mendukung umat manusia. Allah yang mendukung umat manusia.

Sedang kepercayaan jahat menghilang, kita melihat laki-laki dan perempuan ciptaan Allah didukung sepenuhnya oleh Kasih ilahi. Ini menunjukkan bahwa tata ekonomi ilahi bahkan melampaui ide susila tentang keuangan yang dinyatakan dalam kebebasan di bidang keuangan, tanggungjawab fiskal, atau berbuat benar terhadap sesama. Hal itu menunjukkan substansi Kasih yang tidak berhingga sebagai sumber segala kebaikan, melalui pemahaman yang semakin baik bahwa kita memang sesungguhnya anak-anak Kasih. Kita mendapatkan rasa damai dan keyakinan dengan mengetahui bahwa kita lengkap dan dipelihara dengan penuh kasih, karena itulah cara Allah—satu-satunya cara yang ada.

Karena Allah yang menyediakan segala kebaikan, kita tidak perlu merasa kekurangan atau serakah dalam bidang keuangan kita. Memahami bahwa kita adalah anak-anak Allah menjadikan kita mampu memelihara keseimbangan dan tetap mengalami kelimpahan di dalam hidup kita. Dan pandangan yang luhur tentang perekonomian yang sepenuhnya tunduk pada pengendalian Allah ini tidak hanya memberkati kita—melainkan juga mendatangkan kenyamanan dan damai bagi setiap orang yang kita temui.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.