Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kesedihan diatasi, kemampuan bergerak pulih

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Maret 2012

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 12 September 2011


Pada suatu hari Rabu di musim panas tahun 2008, saya tidak bisa pergi ke kantor ataupun mengurus diri sendiri di rumah. Kaki kiri saya bengkak sedemikian rupa sehingga saya tidak dapat memakai sepatu atau berdiri tanpa bantuan sepasang tongkat.

Demikianlah keadaan saya waktu itu, seorang pelatih di bidang komputer yang bekerja di pusat rehabilitasi, di mana setiap orang mencari bantuan medis saat menghadapi kesulitan fisik. Tetapi saya memilih doa sebagai sarana perawatan kesehatan. Meskipun para pegawai tahu saya seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen, mereka menganggap hal itu sesuatu yang misterius. Saya tahu bahwa saya harus bertindak dengan penuh tanggungjawab dan efektif, dan bahwa orang harus melihat saya melakukan kedua hal tersebut.

Saya  dapat saja meminta bantuan medis, tetapi saya telah mengalami banyak kesembuhan sehingga tahu bahwa penyembuhan melalui Ilmupengetahuan Kristen merupakan jalan yang harus saya tempuh. Sampai saat itu, saya belum berdoa secara efektif bagi diri sendiri, jadi saya menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Saya tidak ingat apa yang kami bicarakan, tetapi saya yakin penyembuh itu mendengar saya menyampaikan banyak keluhan!

Selama beberapa hari, keinginan saya hanyalah agar masalah tersebut teratasi. Tetapi jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa sesuatu yang bukan tubuh saya memerlukan kesembuhan dan bahwa penyembuhan rohaniah tidak ada hubungannya dengan memperbaiki zat. Maksud  untuk memperbaiki tubuh kebendaan yang tidak selaras adalah dasar dari metode kedokteran yang tidak ingin saya gunakan.

Saya tidak ingin doa saya terganggu karena saya harus mondar-mandir dengan tongkat di apartemen, oleh karena itu saya menelpon sebuah rumah perawatan Ilmupengetahuan Kristen, untuk mengurusi keperluan saya yang mendesak. Seorang pegawai menjemput saya di rumah dan membawa saya ke rumah perawatan di atas kursi roda. Saya tinggal di rumah perawatan hari Jumat sampai Senin, dirawat dengan penuh kasih oleh beberapa perawat Ilmupengetahuan Kristen dan pegawai lainnya.

Selama di tempat itu, saya berdoa untuk dapat melihat diri saya sebagai anak Allah, supaya benar-benar memahami bagaimana Allah melihat saya. Tentu saja hal tersebut mengingatkan saya pada Kitab Kejadian 1:26, 27 yang menyatakan bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan Allah, tidak kurang dari itu. Selain itu, hal tersebut juga menjadikan saya ingin memahami jawaban terhadap pertanyaan “Apakah manusia itu?” yang terdapat pada halaman 475 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy.

Saat saya membasuh muka di bak cuci, sebuah pikiran datang dengan kuat dan penuh kasih, seakan diucapkan seseorang, “Bersediakah engkau membuangkan kesedihan untuk menghormatiKu?” Ini merupakan suatu pertanyaan yang mengejutkan, karena beberapa dasa warsa sebelumnya puteri saya meninggal dunia ketika dalam perawatan dokter, dan selama bertahun-tahun saya merasakan kesedihan yang amat dalam.

Cara yang tidak lazim dalam menyampaikan pertanyaan tersebut hampir-hampir membuat saya berdiri menyatakan sikap hormat. Itu bukan cara saya mengungkapkan sesuatu. Artinya, saya tidak mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri seakan saya orang lain. Pertanyaan itu datang dua kali tanpa bersuara tetapi dengan kuat. Dan saya tahu itu adalah pesan dari Allah, suatu ilham rohaniah yang murni. Saya tahu apa yang harus saya lakukan, dan saya merasa, bahwa hal tersebut sangat wajar serta membebaskan. Secara mental saya menjawab “ya” sebelum mengucapkan kata tersebut dengan bersuara.  Sebelum kata tersebut keluar dari mulut saya, saya merasa kaki kiri saya tiba-tiba terbebas.

Saya terus merenungkan pertanyaan tersebut serta jawaban saya, dan jauh lebih tertarik kepada kedua hal tersebut daripada kepada apa yang terjadi dengan kaki saya. Saya terus bertanya kepada diri sendiri apakah saya bersedia memenuhi jawaban saya—apakah saya benar-benar memahami apa yang terkait dengan jawaban itu. Ini bukan  suatu rangkaian penalaran intelektual  yang canggih. Penalaran tersebut saya lakukan dengan tulus dan penuh kerendahan hati, dengan pikiran dan hati, karena pertanyaan itu dan jawaban saya sangat berarti.

Dengan serta merta saya merasa semakin sadar dan hidup dan, terus terang saja saya merasa “di awan,” bersyukur dan bahagia. Saya segera menyadari sifat-sifat yang dinyatakan para pegawai rumah perawatan, misalnya, saya tertarik untuk mengetahui hal-hal yang menarik bagi mereka, cara mereka melayani orang lain, cara mereka menyatakan kreativitas, apa yang mereka sukai. Dalam dua hari, saya beralih dari kursi roda kepada alat bantu jalan, lalu berjalan dengan bantuan satu tongkat, dan kemudian berjalan dengan bebas, dan pembengkakan itu hilang, dan saya siap untuk pulang. Kesedihan yang telah membebani saya begitu lama telah hilang. Saya berjalan dari rumah perawatan itu menuju taksi yang telah menunggu, dengan dua tongkat di atas pundak kiri saya, dan kopor yang berat di tangan kanan saya (Apakah saya sembuh? Tentu saja!) 

Tetapi bagaimana saya memaknai pertanyaan apakah saya bersedia membuang kesedihan? Saya pikir demikian: Saya ditanya apakah saya percaya dan memahami bahwa Allah, Roh, benar-benar adalah sumber hidup, apa pun yang dikatakan sejarah kebendaan tentang kehilangan orang-orang yang  saya kasihi. Secara khusus saya ditanya apakah saya menyadari bahwa Allah, Roh, adalah hidup puteri saya, yang sama sekali bersifat rohaniah dan tidak dapat hancur.  Tentu saja kesembuhan kaki saya merupakan efek samping yang sangat menggembirakan dari doa, tetapi tidak sepenting kesembuhan atas kesedihan yang telah lama saya rasakan.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.