Apa sebutan yang akan kita berikan kepada seseorang yang melakukan ekspedisi di suatu pelosok planit kita? Atau seseorang yang melakukan suatu riset dengan hasil yang belum diketahui? Dan yang kemudian memberitakan penemuannya? Mungkin seorang penjelajah, atau penemu. Lewis dan Clark yang menjelajahi Amerika bagian Barat, layak disebut sebagai penemu.
Mary Baker Eddy juga layak disebut sebagai penemu karena upayanya yang tekun selama bertahun-tahun untuk menemukan suatu cara rohaniah dalam menyembuhkan penyakit. Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, dia menjelaskan penemuannya pada awal Bab yang berjudul “Ilmupengetahuan, Teologi, Ilmu Pengobatan”: “Pada tahun 1866 saya menemukan Ilmupengetahuan Kristus atau hukum-hukum ilahi akan Hidup, Kebenaran, dan Kasih, dan menamai penemuan saya Christian Science” (hlm. 107).
Dia juga menggunakan istilah reveal (mewahyukan, menunjukkan, menyatakan) atau revelation (wahyu) sembilan kali pada empat halaman pertama Bab tersebut. Dalam hal ini, sebutan pewahyu tidak sesuai untuk Lewis dan Clark. Mengapa? Apakah perbedaan antara “penemu” dan “pewahyu”? Yang pasti, seorang penemu biasanya dianggap bertindak berdasar dorongan hati atau upayanya sendiri dalam melakukan pengamatannya. Sebaliknya, seorang pewahyu memiliki wawasan yang ditunjukkan kepadanya melalui kekuatan yang melampaui upaya manusia. Ilham merupakan suatu unsur penting dalam pewahyuan.
Setiap hari kita menemukan wahyu. Mungkin anda pernah manyaksikan film kartun di mana peran-perannya memakai lampu senter di kepalanya? Apakah yang dilambangkannya? Suatu ide baru yang datang melalui ilham—dengan kata lain, suatu wahyu. Apakah semua ide seperti itu wahyu dari Allah? Tidak. Tetapi semua yang membukakan pikiran kita dan mengembangkan pemahaman kita tentang keagungan Allah dan manusia, tentang kemuliaan serta kasih ilahi, adalah wahyu ilahi.
Dalam mengarahkan perjalanan rohaniah kita, tidakkah Yesus menggabungkan penemuan dan pewahyuan, saat menyatakan dalam Khotbah di Bukit, “Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7). Kita dapat menemukan dan mengetuk pintunya—dengan rendah hati mohon bimbingan dan jawaban dari Allah.
Pintu pun terbuka, menunjukkan kebenaran tentang Kasih dan kemuliaan Allah, melalui kasih karunia ilahi dan IlmupengetahuanNya. Kristus menunjukkan hubungan kita yang tidak terputuskan dengan Allah, kepada hati kita yang mudah menerima yang mengetuk dengan rendah hati untuk mendapatkan jawaban. Kegiatan Kristus ini, menyembuhkan, menebus, dan menyelamatkan.
Tepat sekali mengatakan bahwa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen memiliki baik unsur penemuan maupun pewahyuan. Hal itu mencakup semangat yang dimiliki seorang penjelajah, yang bersedia berpaling dari keyakinan insani tentang hidup dalam zat. Tetapi tidak hanya itu. Penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen juga berarti menyerah kepada kasih karunia ilahi yang senantiasa hadir, yang membukakan mata kita kepada pandangan baru mengenai Kasih ilahi dan menyingkapkan keutuhan kita dengan cara-cara yang segar dan meluhurkan.
Marilah kita kembali sejenak kepada penemu dan pewahyu Ilmupengetahuan Kristen. Mengapa penting mengakui peran Ny. Eddy sebagai pewahyu maupun penemu bagi gerakan Ilmupengetahuan Kristen dan bagi umat manusia? Tidakkah cukup menghargai upayanya, keteguhannya, dan keinginannya yang dalam untuk menemukan penawar bagi semua masalah dan penderitaan manusia—sifat-sifat yang jelas dinyatakan Ny. Eddy?
Tidak. Mengakui perannya sebagai pewahyu—bahwa dia dipilih Allah untuk membawa Sang Penghibur, Ilmupengetahuan ilahi, kepada kita—berarti memberikan kepadanya tempatnya yang sepatutnya, yang memang harus digenapinya.
Tidak seorang pun yang lain dapat mengisi peran tersebut. “Setiap orang harus mengisi tempatnya yang khas dalam waktu dan keabadian” (Retrospection and Introspection, karangan Mary Baker Eddy, hlm. 70). Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa setiap orang di antara kita memiliki peran khusus yang harus kita laksanakan bagi Allah serta umat manusia. Kita tidak dapat mengambil alih peran khusus yang ditentukan Allah bagi orang lain. Tidak seorang pun dapat menganggu bidang pekerjaan kita—baik itu menyangkut kehidupan pribadi kita, kedudukan kita, kesempatan kita. Tempat yang diperuntukkan bagi kita dengan sendirinya akan berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu, sementara kita tumbuh secara rohaniah.
Kita masing-masing juga dipanggil secara ilahi—dan bebas untuk berpikir, berbicara, menyembuhkan, dan bertindak dengan kewenangan ilahi. Kita dapat dengan penuh sukacita menerima peran kita yang khusus dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan lebih banyak lagi tentang Allah, dan menjadikan kebenaranNya terungkap, agar kita dapat memberkati dan menyembuhkan.