Tahun ini saya sangat bersyukur terutama karena segala keperluan saya terpenuhi dan untuk daya tahan mental serta keberanian yang diberikan Ilmupengetahuan Kristen kepada saya. Ini adalah suatu dasar yang kuat, dan Pelajaran Kursus Ilmupengetahuan Kristen merupakan sarana terbaik yang pernah saya terima.
Di awal tahun 2011, suami saya membaca di surat kabar setempat bahwa pada suatu hari Minggu akan diadakan pertunjukan dirgantara di dekat tempat tinggal kami. Karena menyukai pesawat udara, kami memutuskan untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Sementara pertunjukan berlangsung, hari semakin panas, dan saya pergi mencari sesuatu untuk mengurangi rasa haus kami. Saya harus berjalan kira-kira satu kilometer sepanjang jalan aspal yang penuh sesak. Di tengah jalan saya tergoda untuk membeli beberapa bungkus biskuit.
Saat keluar dari kantin membawa air minum, saya tidak sadar bahwa saya berada sangat dekat dengan pesawat Saber-jet F86. Saat mengalihkan pandangan dari tas yang berisi biskuit, dahi saya membentur ujung sayap pesawat yang tajam. Saya terjatuh, dan kejadian itu menyebabkan saya pingsan.
Setelah sadar, saya mengucapkan dengan keras dan tegas sekali “pernyataan ilmiah tentang wujud” dari buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy (lihat hlm. 468). Seseorang yang menyaksikan kejadian tersebut membantu saya berdiri dan menawarkan untuk mengantar saya ke tenda perawatan pertama. Saya mengatakan bahwa saya baik-baik saja.
Saya pikir, jika Allah selalu memegang kendali dan kita tunduk kepada hukum keselarasanNya, hal tersebut menutup kemungkinan kita untuk diperintahi oleh apa yang disebut hukum kebetulan, nasib buruk, atau kecelakaan. Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, pada halaman 424 kita baca, “Kecelakaan tidak ada bagi Allah, atau Budi baka, dan kita harus meninggalkan dasar fana kepercayaan kita dan bersatu dengan Budi yang esa, untuk mengganti pendapat tentang nasib dengan paham yang benar tentang bimbingan Allah yang tidak dapat salah, dan dengan demikian menjadikan nyata keselarasan.” Saya memutuskan untuk “bersatu dengan Budi yang esa” dan berpaling dari bukti bahwa telah terjadi kecelakaan. Saya yakin sekali bahwa dengan melakukan hal tersebut saya akan diberkati.
Orang yang menolong saya, seseorang yang sangat baik, bersikeras memeriksa dahi saya, lalu dengan sangat khawatir mengatakan bahwa saya memerlukan perawatan medis dan mungkin luka saya harus dijahit. Saya mengucapkan terima kasih untuk perhatiannya, lalu mengatakan bahwa saya akan membersihkan luka itu. Saya menutup luka itu dengan tangan saya sambil terus menegaskan kebenaran rohaniah yang saya ketahui.
Alih-alih menyalahkan diri sendiri karena lebih memikirkan biskuit daripada ke mana saya berjalan, dan merasa bahwa saya benar-benar dungu, atau para penyelenggara telah lalai, dsb., saya terus-menerus mengulang dan berdoa dengan setiap baris “pernyataan ilmiah tentang wujud,” dan berusaha memahami bahwa saya adalah pernyataan Allah yang selaras dan sudah selalu demikian. Saya terus menegaskan bahwa satu-satunya pernyataan yang dapat ada adalah pernyataan Budi yang tidak berhingga. Ketika menuju tempat duduk keluarga saya, saya tidak merasakan kemarahan, penyesalan, atau kecanggungan, dan berusaha melihat bahwa kecelakaan apa pun tidak pernah dirancang oleh Allah.
Sungguh menarik bahwa tidak seorang pun kecuali orang yang menolong saya, memperhatikan kecelakaan yang telah terjadi. Saya yakin hal tersebut membantu kesembuhan yang terjadi dengan cepat sesudah itu. Suami saya berpendapat sebaiknya luka itu dibersihkan dan diperiksa. Dia mengatakan luka itu dalam. Tetapi dia juga tidak dapat menahan senyum membayangkan saya berjalan menabrak kapal terbang! (Dia tahu saya berdoa, dan gurauannya telah mengurangi kekhawatiran serta ketakutan saya.)
Dengan penuh kasih suami saya mengantar ke tenda perawatan pertama, dan saya dapat dengan jelas dan mudah menjawab semua pertanyaan para petugas medik. Mereka heran saya memandang keadaan itu dengan bergurau! Saya tidak merasa sakit, dan pendarahan berhenti bahkan sebelum saya sampai ke tenda itu.
Setelah memeriksa, para dokter mengatakan bahwa luka itu tidak perlu dijahit, dan yang dapat mereka lakukan adalah membersihkan dan menutup luka tersebut dengan plester. Tetapi mereka juga mengingatkan kemungkinan terjadinya gejala lanjutan yang biasanya menyertai cedera di kepala. Saat itu juga saya menyangkal keabsahan pernyataan tersebut, yang tidak memiliki dasar hukum ilahi. Menerima pernyataan tersebut berarti mengakui bahwa kecelakaan adalah sejati, dan bahwa saya bersifat fana, cedera, dan tidak tunduk kepada hukum Allah. Tindakan saya tidak pernah dikuasi kebetulan, dan Allah tidak bernah berhenti mengasihi dan menjaga saya. Sesudah itu ketakutan saya berkurang dan saya merasa lebih yakin.
Hari itu, kejadian tersebut terus terbayang dalam pikiran saya. Tetapi begitu saya sadar bahwa itu hanya salah satu tipu daya budi fana, keadaan itu pun berhenti. Ketika datang saran bahwa saya perlu mengkhawatirkan komplikasi selanjutnya, saya sadar bahwa begitulah ketakutan beroperasi. Oleh karena itu saya terus berpegang kepada kebenaran rohaniah yang saya ketahui dan pahami.
Ternyata tidak ada efek buruk selain goresan dan memar di dahi saya, dan dengan suka cita saya dapat mengatakan bahwa saya tidak mengalami rasa sakit yang diramalkan para dokter. Saya pun bersyukur dapat memenuhi semua tugas saya minggu itu, dan dua hari kemudian mengikuti kursus tap-dance. Untungnya, waktu itu rambut saya berponi—karena dahi saya agak mirip Klington di Star Trek!—tetapi tidak seeorang pun yang bertemu saya merasa ada sesuatu yang berbeda mengenai diri saya.
Dalam waktu hanya empat hari kulit yang mengering terkelupas, dan parutan serta memar itu hilang sama sekali. Di samping itu, tidak terlihat adanya bekas luka. (Sebelumnya saya diberitahu bahwa akan ada bekas luka yang besar dan jelek).
Kesembuhan ini sangat berarti bagi saya; kesembuhan ini menunjukkan bahwa Ilmupengetahuan Kristen betul-betul efektif. Saya juga dapat berbagi kesembuhan ini dengan orang lain yang menderita cedera fisik, dan sangat bersyukur untuk kuasa penyembuhan Allah yang selalu tersedia. O ya, dan biskuit yang saya beli itu, sungguh enak sekali!
Wollongong, New South Wales, Australia